Kamis, 02 Maret 2017

Melihat Antusia Agustusan di Prajekan Lor

Pugar dan Baksos Makam Pahlawan Santawi

 

LOMBA menjadi ciri khas perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Namun ada yang berada di Desa Prajekan Lor. Sebab tak hanya lomba, namun juga ada baksos pemugaran makam Santawi. Pahlawan Bondowoso asli. (WAWAN DWI SISWANTO)

SEPEKAN mengenang dua pejuang Prajekan. Itulah tema undangan malam 17 Agustus yang ada di DEsa Prajekan Lor.


Pemuda Harus Terinspirasi Pahlawan

Dalam undangan tersebut, juga dibutui dengan tema hiburan yang dimeriahkan Teater BPPKB Prajekan, teater Arwah, pencak silat Pasiruda, dan topenk cacicu Ki Dalang Kadaryono.

Isi dalam undangan tersebut pun berbeda dari undangan pada umumnya. Jika umumnya bertuliskan lokasi dan waktu pelaksanaan, namun undangan tersebut justru jadi daftar sekitar seratus pahlawan Prajekan yang ikut berperang pada Agresi Militer Belanda I dan II. Kepala Desa Prajekan Lor Fandi Sofyan yang menjadi penanggungjawab acara mengatakan, acara tersebut adalah salah satu bentuk hiburan sekaligus mengenang pahlawan pada malam peringatan 17 Agustus. "Ya sama hiburan lainnya di desa-desa," ujarnya.

Namun, Fandi lebih bangga terhadap rentatan Agustusan yang diselenggarakan desanya. Salah satunya karena adanya acara Bakti Sosial (Baksos) sekaligus pemugaran makam Santawi. Siapa itu Santawi? untuk orang Bondowoso Santaw lebih dikenal sebagai nama jalan yang berada di Dinas Pendidikan Bondowoso, PMI, Diskoperinding serta kantor partai seperti PKB.

Dibalik nama lain tersebut Santawi adalah sosok pahlawan asal Prajekan yang berjuang pada Agresi Militer Belanda II tahun 1948. "Santawi itu nama ankanya, nama aslinya Sadriyan. Karena, orang madura dibilang nama anak menjadi panggilan nama orang tuanya," ujar Fandi.

Melihat ada pahlawan dari Prajekan dan makamnya juga di Prajekan sendiri sehingga ada baksos sekaligus pemugaran makam. Sumber dana pun dari desa dan sebagaian dari dana swadaya warga. "Rencana awal pemugaran makam sekaligus bangun tiga gapura di makam menghabiskan Rp 47 juta. Berhubung ada peraturan baru tak boleh memakai ADD sehingga jadi Rp 14 juta," ujar.

Jika dulu makam Santawi nisannya tersebut gabung dengan makam yang lain, berkat di pugar ada nisan tersendiri dan terdapat tulisan korban Agresi Militer Belanda II. "Rencana di gapura makam, ada tulisan pahlawan bernama Santawi. Berhubung dana tidak cukup, hanya tulisan di batu nisa," ujar Fandi.

Antusias warga untuk mengenang jasa pahlawan cukup tinggi. Setidaknya, kata Fandi, terkumpul sekitar Rp 1,3 dana swadaya masyarakat untuk baksos makam Santawi. Antusias mengenang dan menghormati jasa pahlawan Prajekan juga muncul dari anak-anak Pramuka SMAN Prajekan. "Pramuka SMAN Prajekan tiba-tiba datang untuk ijin melakukan tebar bunga di makam Santawi. Ya saya bilang kebetulan acara Agustusan desa juga ada acara baksos ke makam Santawi. Sehingga acara baksosnya digabung," ujarnya.

Fandi mengaku awalnya pemuda Prajekan tak tahu siapa itu Santawi. "Saya saja pemuda Prajekan tak tahu itu Santawi. Tahunya dari orang-orang tua, karena waktu itu ingin cari gambar pahlawan," ungkapnya. Hingga 2009 ada gelar malam Santawi dan terus berlanjut setiap Agustusan untuk mengenang pahlawannya.

Pria yang juga getol di dunia seni rupa tersebut memiliki harapan, acara kenang pahlawan lewat baksos ke makam Santawi itu bisa dilestarikan generasi muda. Pahlawan saja rela korban nyaman untuk bangsa," ujarnya. Korban nyawa anak muda sekarang untuk negara memang bukan jamannya. Tapi mereka setidaknya bisa berkorban, waktu, tenaga dan finansialuntuk negara. "Saya ingin pemuda saat ini berkarya, tidak untuk dirinya tapi bisa buat orang lain terinspirasi berkat karyanya itu," jelasnya.

Buhadi Sinarwibowo bagian humas dalam kepanitian Agustusan di Prajekan Lor mengatakan, adanya baksos pemugaran makan tersebut setidaknya untuk generasi muda. Dia merasa tidak sulit untuk mencari dana ke masyarakat, sebab masyarak sudah tahu Santawi. Karena setiap Agustusan sering digelar acara kepahlawanan yang ada di Prajekan. Termasuk Santawi dan Letnan Amir Kusman yang juga diabadikan sebagai nama jalan disekitar Alun-alan RBA Ki Ronggo. (wah)


Sumber : Jawa Pos Radar Ijen, 23 Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar