Sabtu, 04 Maret 2017

Saat Mahasiswa Mendorong Masyarakat Peduli Benda Purbakala

Banyak yang Tahu Kalau Purbakala itu Potensi Wisata

KULIAH Kerja Nyata (KNN) mahasiswa Unej tak hanya mendorong pendidikan dan ketrampilan warga saja. Lebih dari itu mereka menyadarkan masyarakat Desa Kejayan, Pujer akan potensi purbakala. (WAWAN DWI SISWANTO)

MOMENT Agustusan menjadai ajang memperkuat cinta tanah air dengan menggelar ragam perlombaan. Dari kampung, desa, dusun hingga tingkat kabupaten pun tak luput dengan ragam lomba. Bagi mahasiswa Unej yabg menjalani KKN di Desa Kejayaan, Pujer untuk menumbuhkan cinta tanah air tak sekedar lomba saja. Tapi, mereka mulai memberikan wawasan peradaban Bondowoso yakni megalitikum.

Ya Bondowoso memang masih banyak peninggalan zaman megalitikum atau yang lebih dikenal dengan benda purbakala. Batu-batuan kenong, dolmen, batu kubur juga di sekitar rumah penduduk Kejayaan. Surat demi surat permohonan menjadi pemateri sejarah batu megalitikum dilayangkan kelompok 15 KKN Unej ini. Diantaranya dosen Fakultas Sastra dan Budaya UNej Dewi Salindri, serta Heri Kusdarijanto Kasi sejarah dan Kepurbakalaan Disparporahub Bondowoso.

Tak Tahu Batu Bersejarah meski di Dekat Rumah
Hengku Tri Cahyono Hasan selaku koordinator desa KKN 15 Unej mengatakan awalnya tidak ada rencana program memberi pengetahun batuan mengalitikum. Berhubung saat observasi banyak batuan purbakala dan ternayata bayaka pula warga tak tahu mengenai batu tersebut akhirnya mereka pun membuat program tersebut. "Mirisnya bukan batu tersebut tak terawat, tapi banyak warga tak tahu tentang batu itu. Padahal, batu tersebut terletak di dekat rumahnya," tambahnya.

Mahasiswa kedokteran Unej pun melihat batu tersebut dan dijelaskan Juru Pelihara (Jupel) tertarik dan selalu bertanya-tanya. Sehingga batu ini punya potensi wisata, terlebih lagi peninggalan tersebut juga punya dampak makin bangga jadi orang Bondowoso.

Heri kusdarjanto mengatakan, di Bondowoso sendiri terdapat ribuan situs yang tersebar di beberapa desa. "Ini menunjukkan bahwa Bondowoso kaya akan peninggalan sejarah," ujarnya. Alumnus arkeolog Udayana tersebut mengaku saat masih kuliah rujuan untuk penelitain zaman megalitikum salah satu daerahnya adalah Bondowoso. "Waktu saya kuliah dijelaskan dosen rujukan penelitian zaman megalitikum salah satunya di Bondowoso. Rasanya bangga jadi orang Bondowoso," tambahnya.

Menurut Heri Bondowoso yang masih banyak benda purbakala tersebut bisa jadi karena ada peradapan atau penduduk yang tinggal di Bondowoso sebelum masuknya pembabat Bondowoso Ki Ronggo, zaman kerajaan atau pun sejarah. Banyak benda purbakala yang utuh dan tidak lagi terendam tanah, kata Heri, bisa jadi masih banyak orang Bondowoso percaya benda-benda tersebut baik sebagai tanda kapan waktunya panen tiba atau lainnya. SSehingga, mereka merawatnya.

Heri pun mengaku salut dengan mahasiswa sekarang, mereka memberikan kontribusi menamkan cinta tanah air dengan mengetahui terlebih dahulu Bondowoso punya sesuatau yang membuat dia bangga. Apalagi, benda purbakala tersebut jadi bukti Bondowoso ini punya cerita sejarah. Bukan sebagai daerah yang baru terbentuk tapi sudah lama ada peradapan.

Tentu peninggalan megalitikum tersebut bisa jadi potensi parawisata adukasi. Tak jarang Heri kedatangan tamu dari berbagai daerah. Tempat yang paling banyak dikunjungi adalah Situs Pekauaman di Grujugan dan Situs Glingseran di Maesan. Di Pekauaman paling menarik ada batu yang dipahat menjadi seorang perempuan dan dipercaya itu adalah dewi kesuburan. Sementara di Situs Glingseran ada batu menhir atau yang disebut batu labeng untuk lokasinya berada di Desa Banyu Putih, Maesan. Bahkan, tak hanya turis domestik saja yang tertarik, turis mancanegara juga banyak berkunjung ke batuan megalitikum di Bondowoso.

Adanya wawasan tentang batuan purbakala di Desa Kejayaan ini bukan tidak mungkindesa tersebut akan jadi jujukan wisata edukasi.

Menurut Juru Pelihara (Jupel) Benda Cagar Budaya (BCB) Kecamatan Pujer, Toyib, benda peninggalan para sejarah tersebar di dunia desa diantaranya 56 BCB di Desa Maskuning Kulon dan 34 BCB di Desa Kejayaan. Jenis batuannya adalah Dolmen, Kenong dan Dakon. (wah)


Sumber : Jawa Pos Radar Ijen, 29 Agustus 2016 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar