Senin, 30 Januari 2017

Hasan Basri, Pegiat Seni Kaligrafi Bondowoso

Buktikan Seniman Tidak harus Anak Seorang Seniman

 

NAMA Hasan Basri di dunia kaligrafi Bondowoso sudah tidak asing lagi. Apalagi kiprahnya yang telah menyabet enam kali juara. Satu diantaranya adalah juara tingkat Jawa Timur. Kesuksesan dalam seni kaligrafi, tidak lain karena dirinya terus belajar dan tidak minder meski bukan anak seorang seniman. (WAWAN DWI SISWANTO)

SIANG itu di aula Disparporahub terlihat kesibukan para peserta kaligrafi. Tidak hanya peseta yang saat itu terlihat sibuk, namun juga pendamping hingga dewan jurinya. Untuk pendamping, mereka hilir mudik memantau dan memberikan arahan pada para peserta didiknya.
Pernah Kehabisan Ongkos dan Jalan Kaki


Diantara seluruh pendamping, yang menyita perhatian dewan juri adalah Hasan Basri.
"Kalua mau tanya juara, ini ada yang pernah juara kaligrafi tingkat Jatim," ujar Samson Hidayat salah satu juri dari Kemenag Bondowoso ini. Saat itu Hasan Basri mengenakan busana batik hijau. Selama ini. pria asal Tenggarang tersebut mencatatkan namanya menjadi langganan juara kaligrafi dinomor dekorasi lima tahun berturut-turut. Prestasi tingginya adalah juara kaligrafi nomor dekorasi tingkat Jatim tahun 2013. "Ya pernah dikirim ke nasional tapi gak juara. Kalau di tingkat Jatim sebelum jadi juara harapan saja," jelasnya.

Prestasi mengesankan dunia seni kaligrafi tersebut adalah hasil belajar dan belajar. "Orang tua say6a dan saudara tidak ada yang menjadi seniman. bahkan menggambar saja tidak bisa," terangnya. Sehingga, Hasan Basri berpesan kepada anak muda yang ingin belajar seni jangan kecil hati juka tak punya keturunan seniman. "Biasanya orang terjun ke seni ada rasa minder karena bakal kalah dengan anak dari seniman," ujarnya. Padahal terpenting adalah ikhtiar.

Pria yang kini memasuki usia 34 tahun ini mengaku, awal kali mengenal dan menyukai dunia kaligrafi dimulai sejak nyantri di Ponpes Mambaul Ulum, Desa Tangsil Wetan, Wonosari. Di ponpes milik Wabub Bondowoso KH Salwa Arifin itulah muncul hasrat belajar kaligrafi. "Tahun 1993 saya nyantri waktu itu masih kelas IV SD," ungkapnya.

Sekitar dua sampai tiga tahun nyanri, bakat Hasan Basri di Kaligrafi mulai nampak. Dia pun diberi manfaat untuk terus belajar ke sebuah pondok di sukorejo, Situbondo hingga ke Pasuruan. Bahkan, agar seni kaligrafinya makin luas, dia juga belajar di sanggar lukis di Taman Sari. Belajar hingga ke luar kota, membuat kenyang pengalaman dan juga perjuangan akstra.

Saat belajar di Sukorejo, Hasan Basri harus pandai-pandai mengingat ilmu yang disampaikan kaligrafer Sukorejo. "Belajar di Sukorejo itu tidak setiap hari di Sukorejo," ujarnya. Sehingga dia belajar jarak jauh di Ponpes, Wonosari. Agar tak mempersingkat belajar di Sukorejo, Hasan Basri pun setiap hari harus membuat karya kaligrafi. Dia masih ingat betul pernah kehabisan ongkos pulang dan harus berjalan dari termina Situbondo ke Panarukan dengan membawa satu set perlengkapan melukis. "Panarukan ke rumah saudara minta ongkos pulang. Waktu itu berjalan pukul 11.00," ungkapnya.

Saat ini, dia pembina Kaligrafi di Ponpes Mambaul Ulum. Motivasi berkat Kaligrafi, Hasan Basri, adalah mengajarkan mengaji lewat seni kaligrafi serta membuka pikiran seni kaligrafi bisa membuka lapangan pekerjaan sendiri. "Orang yang bisa seni kaligrafi ini secara otomatis akan belajar ayat suci Al-Quran," imbuhnya.

Kini kaligrafi tak hanya sebatas hobinya, tapi sudahjadi pekerjaan. Ya setiap karyanya setidaknya dijual hingga jutaan rupia, bahkan kaligrafi tak hanya diaplikasikan sebagailukisan saja. Hiasannya masjid pun pasti membutuhkan orang-orang yang mahir di dunia kaligrafi. Sehingga, kata dia, kaligrafi itu bisa jadi lapangan pekerjaan.

Hal inilah yang sebenarnya banyak orang tak bisa memanfaatkan potensinya memiliki kemampuan untuk melukis terutama bidang kaligrafi. Saa ini Hasan Basri harap-harap cemas dan berharap satu karyanya yang ikut di lombakan kaligrafi internasional, di turki. (wah)



Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Kamis 13 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar