Jumat, 27 Januari 2017

Tabing Tonggkok, Rumah Khas Madura nan Ber-Estetika

 

Klasik, Satu Rumah Harganya Bisa Tembus Rp 70 juta

TAMPILAN festival muharam tahun ini dikemas beda denga tahun lalu. Paling menyita perhatian ada rumah tabing tongkok khas Madura yang dijadikan elemen dekorasi tenda.

Tanpa sadar itu adalah potensi yang kini tetap ada di rumah-rumah penduduk pedesaan Bondowoso.


DEKORASI rumah tabing tongkok khas Madura di alun-alun itu begitu menarik. Selain menjadi pembaca, juga menambah keindahan dan menginspirasi banyak orang. Rumah yang terbuat dari kayu tersebut begitu kontras dengan tenda hanggar berwarna putih itu. Perpaduan antara tenda modern dan rumah tradisional nyatanya muncul aksen dekorasi memukau.

Dari pantauan Jawa Pos Radar Ijen, rumah tabing tongkok itu jadi lokasi favorit pengunjung untuk berfoto selfie sekaligus tempat paling nyaman menikmati kopi arabika Java Ijen Raung yang jadi branding Bondowoso Republik Kopi. Yanuar, salah seorang panitia mengatakan setiap ada acara memang ingin selalu ada ide-ide segar untuk mempercantik dekorasi tenda.

Ide menambah aksen rumah tabing tongkok di tenda hanggarnya itu berawal dari berkunjung ke kediaman temannya di kota Kulon. Karena banyak orang mengira rumah rekannya tersebut adalah cafe. "waktu itu saya berfikir bagaimana kalau rumah tabing tongkok itu dibangun dalam festifal muharam. Dipadukan dengan tenda hanggar yang elegan dan berstandar nasional," ungkapnya.

 Bongkar pasang Butuh Lima Hari

Dari tekad untuk menciptakan dekorasi di luar pemikiran orang pada umumnya, dia dengan timnya bergelirya mencari rumah tabing tongkok yang bisa di pindah sementara di alun-alun. Sarjana psikolog tersebut yakin mendapatkannya karena di Bondowoso masih banyak rumah-rumah semacam itu. "Ternyata ada informasi ada rumah tabing tongkok itu di jual," jelasnya.

Yanuar pun meminta agar tak dijual terlebih dahulu dan meminjamnya untuk dijadikan dekorasi. "harganya satu rumah tersebut dijual Rp 30 juta," katanya. Ide yang nyeleneh itu juga menguras tenaga, setidaknya membangun dua rumah tabing tongkok membutuhkan wakyu lima hari, dua hari pembongkaran dan tiga hari pemasangan. dia pun pernah membuat dekorasi acara yang nyeleneh di Situbondo."pintu masuk dengan lebar 10 meter di Situbondo di atasnya ada perahu nelayan dengan berat setengah ton. tapi tetap ada pengamannya," ujarnya.

Sebagai anak muda Bondowoso, dia juga ingin menularkan kewirausaha muda jangan takut untuk terus berinovasi, kreatif meski idenya diluar pemikiran orang selama ini. "out of the box tapi tetap dalam tak keluar dari sopan santun,'' paparnya.

Selama ini, kata dia, rumah tradisional sering di jumpai di pedesaan ternyata punya potensi dijadikan aksen dekorasi. bahkan, rumah tabing tongkok dengan kondisi yang masih bagus dinding tersebut dari kayu jati bisa tembuh Rp 70 juta. "Rumah tabing tongkok ini sudah banyak di jual ke  Bali padahal sayang," paparnya.

Dia pun tak menyalahkan pemilik rumah, sebab pemilik rumah pun ingin punya rumah yang lebih mempertimbangkan keamanan. "Makanya rumah kayu banyak dirubah jadi rumah batu bata." paparnya. jika, pemilik rumah punya uang lebih alangkah baiknya mempertahankan dan membeli tanah baru untuk membangun rumah dari batu bata.

Jika suatu lingkungan semua pakai rumah tabing tongkok, tentu menarik perhatian wisatawan. Seperti di Bali rumah-rumah tradisional banyak dikunjungi wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. (wah )

Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Sabtu 08 Oktober 2016   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar