Senin, 27 Februari 2017

'Bagong' Juara Kontes Sapi Jumbo dari Maesan

Harus Telaten, Diajak Ngomong Layaknya Manusia

SAPI jenis simental asal Maesan dinobatkan sebagai sapi terberat dalam kontes sapi di lapangan Sekarputih, Tegal ampel. Bagaimana merawat Bagong, nama sapi jumbo tersebut hingga jumbo dan sehat?(WAWAN DWI SISWANTO)

"PETERNAK sapi itu harus banyak membaca buku, buka internet, dan ikut kelompok peternak" kata Wibowo Hatono, warga Maesan pemilik sapi jumbo tersebut. Saat berjalan Bagong memang terlihat gagah, berwibawa dan menarik perhatian banyak orang. Dengan kulit coklat, berkepala putih, dan mengenakan kalung warna merah baru dinibatkan sebagai juara dengan berat 1,226 ton.

Saat Jawa Pos Radar Ijen mendekati sapi tersebut, Hartono langsung memerintahkan sapinya untuk berdiri. "Ayo bangun-bangun," ucap Wibowo sembari memberi sentuhan di kaki sapi kesayangannya itu. Bagong menurut dan langsung berdiri. Selama kontes berlangsung, sapi jenis simental tersebut juga sering diajak selfie oleh warga sekitar. Bahkan banyak anak kecil yang ingin foto bersama dengan si jumbo Bagong.



Menurut Wibowo, usia Bagong masih muda yakni 3 tahun. Dengan usia yang masih muda tersebut Wibowo yakin berat badan Bagong bisa terus bertambah lagi. Sebab dia pernah mempunyai sapi yang berusia sekitar 5 tahunan dengan berat 1,4 ton. Bahkan, sapinya tersebut tak hanya juara kontes ssapi tingkat Bondowoso tapi sudah Jawa Timur.

Sapi juga Bisa Demam dan Perlu cek Kesehatan

"Setelah menang kontes sapi se Jatim, saya jual Rp 125 juta," ungkapnya.

Harga fantastis untuk seekor sapi senilai ratusan juta tersebut tak salah jika peternak itu bangga punya sapi yang berukuran jumbo. Wibowo pun menceritakan kiat memilih sapi yang berpotensi menjadi besar. Diantaranya dari berbadan lebar, nafsu makan tinggi dan pertulangan besar biasanya lebih mudah dari lihat tulang kaki.

Bagong pun didapat Wibowo dari pasar hewan, tidak dari memelihara sejak kecil. "Belinya dulu masih kecil, tidak sebesar ini," jelasnya. Namun, untuk melihat nafsu makan tersebut tidak bisa satu dua kali ataupun diketahui dari pasar hewan. "Harus dipelihara dahulu baru tahu sapi itu punya nafsu makan yang tinggi atau tidak," imbuhnya.

Agar sapinya tersebut sesuai harapan untuk menjadi raksasa, tentu perternak harus punya wawasan tentang kesehatan sapi. "Kalau sapi tidak mau makan Ya harus tahu kenapa dan sapi pun juga bisa demam tinggi seperti manusia. Jangan sampai parah baru diobati," ujarnya.

Sebagai perternak, dia tidak hanay memikirkan bagaimana cara untuk membuat sapi ini cepat besar dan dapat untung saja, tapi juga harus memahami ilmun kesehatan hewan. Lantas bagaimana Wibowo bisa tahu dan bisa mengobati sapinya sendiri, dia pun menjelaskan belajar dari internet, buku-buku dan dari perkumpulan sapi yang bernama kabinet sapi. "Selama ini perternakan di Bondowoso, jika sapinya saki yang memanggil mentri hewan," ujarnya.

Dia pun meyarankan agar perternak Bondowoso ini ikut perkumpulan ataupun organisasi tentang hewan ternak. Sebab, disana banyak hal yang biaa didapat. Ada wawasan ilmu kesehatan hewan, reproduksi, harga daging, sampai informasi perintah impor daging.

Tak kalah penting, kata Wibowo, adalah ajak sapi ini berbicara. "Ya seperti hewan peliharaan lainnya anjing ataupun kucing yang baik ya ajak mereka ngomomg," paparnya. Meski, sapi itu tak bisa bicara terpenting adalah interaksinya. Maka, tak salah jika Wibowo meminta sapinya berdiri, Bagong pun langsung berdiri.

SEharusnya perternakan Bondowoso ini bangga, tidak hanya lumbung daging saja. Lebih dari itu kementrian Desa dan Pembangunan Desa Tertinggal mempeerhatikan sapi di Bondowoso dengan memberikan batuan sapi. "Lainnya di Sulawesi, Sumatera sedangkan di Pulau Jawa hanya di Bondowoso saja," jelasnya. (wah)


Sumber : Jawa Pos Radar Ijen, 12 Agustus 2016  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar