Sabtu, 25 Februari 2017

Kreasi Hantaran Dasawisma Prajekan Lor Belajar

Bikin Hiasan Mukena Berbentuk Bebek, Ayan, dan Bunga

SESERAHAN lamaran atau hantaran, menjadi tradisi yang tak bisa dilepaskan masyarakat Bondowoso. Tapi tak semua orang bisa memoles hantaran tersebut. Inilah yang membuat ibu-ibu Prajekan Lor menggelar pelatihan membuat hantarab agar tradisi ini tak tergerus oleh jaman
WAWAN DWI SISWANTO


AGUSTUSAN tiba, warna merah putih mengiasi perumahan, perkampungan, jalanan hingga perkantoran termasuk juga di Balai Desa Prajekan Lor. Umbu-umbul merah putih pun terhilat berdiri tegak di pintu masuk balai desa itu.

Keriuhan lomba-lomba memperingati HUT kemerdekan Republik Indonesia (RI) sangat terasa. Seperti akhir pekan lau (6/8),keiuhan Agustusan di Balai Desa Prajekan Lol bukan anak-anak lagi yang asik lomba. Justru yang meramaikan adalah ibu-ibu hingga nenek yang serius mengikuti pelatihan menghias hantaran. Sehingga suasana Agustus-an di desa tersebut tak lagi lomba-lomba atau pertunjukan kesenian saja, melainkan ada pelatihan untuk para kartini Prajekan Lor.


Setiap peserta pelatihan, membawa mukena dan sajadah. Selanjutnya mereka dipandu oleh Sukma, Instruktur yang merupakan pengusaha dibidang hantaran. Pada pelatihan itu, ibu-ibu dasawisma ini, mengikuti dengan detail penjelasan membuat hantaran. "Jika dulu nhanya sederhana seperti kado ulang tahun, kini makin dikemas aneka ragam," tutur seorang ibu.

Hantaran Dorong Ekonomi Kreatif

Saat latihan dimulai, seluruh peserta menyiapkan jarum pentul dan karet. Lantas mereka mulai merakit mukena dan sajadah menjadi bentuk bunga, bebek-bebekan atau ayam-ayaman. Pelatihan selama kurang lebih tiga jam tersebut, membuat instruktur sering bolak balik ke satu kelompok ke kelompok lain. Maklum saja, hampir seluruh peserta yang berjumlah 60 orang tersebut tidak bisa mengiasi hantaran.

Sukma mengaku pelatih hantaran seperti in sekarang lagi tren dikalangan ibu-ibu. Mereka sadar bahwa tradisi yang melekat itu, menjadi salah stu peluang. Akhirnya ibu-ibu ini belajar membuatnya. Namun tidak hanya untuk bisnis, taoi juga untuk membantu keluarga dan tetangga saat lamaran. "Menarik tingat desa bisa buat pelatihan ini. Biasanya instansi yang sering gelar pelatihan ini," ucap Sukma.

Sementara ketua TP PKK Bondowoso Lely Januarsini mengatakan, kegiatan ini adalah program kerja Kelompok Kerja (Pokja) III PKK Prajekan Lor. Inisiatif adanya pelatihan tersebut berawal dari hal-hal kecil yang jadi kebutuhan plus tak akan ditinggalkan masyarakat. "Hal kecil itu dan sering tak diduga adalah masalah hantaran lamaran. Setiap lamaran, pasti hantaran tidak akan dilupakan," jelasnya.

Sehingga dia mulai mengundang instruktur dan setiap dasawisma di Prajekan Lor sebagai peserta. Hasilnya, kata dia, luar biasa. "Responnya luar biasa. Pelatihan hantaran ini sekarang ngetren juga, bahkan peseta berani membayar," jelasnya. Jika dulu banyak ibu-ibu itu bisa menghiasi hantaran, kini hanya segilintir saja

Yang menekuni. "Kalau ditekuni dunia hantaran bisa jadi bisnis," katanya.
Bahkan, kata Lely, hampir seluruh peserta banyak yang tidak bisa buat hantaran. "Ada yang tahu, tapi sudah lupa mengawali menghias hantaran," imbuhnya. Untuk kali ini yang dibuat hantaran adalah modet sederhana dan sangat dasar. "Modelnya ada bebek-nenekan, bunga dan ayam-ayaman," ucap alumnus IPB ini.

Jika ditekuni pelatihan ini tidak hanya mereka lebih mandiri untuk membuat hantaran saat keluarganya ada acara lamaran. Lebih dari itu bisa jadi kegiatan ekonomi kreatif dan menopang perekonomian keluarga. Ke depan, kata dia, akan mengambil peserta terbaik yang punya potensi untuk ikut pelatihan selanjutnya. Agar, di Desa Prajekan Lor mulai merasakan adanya ibu-ibu yang bisa membuat hantaran secara profesional. (wah)


Sumber : Jawa Pos Radar Ijen, 10 Agustus 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar