Perumahan Penduduk Sempol yang Bisa Dijadikan Alternatif Penginapan

Sejak 90-an, Pertahankan Pekarangan nan Indah

KEINDAHAN kawah Ijen yang mendunia dan kian banyak destinasi wisata unggulan Bondowoso si Sempol, semakin banyak wisatawan yang datang ke Sempol. Masyarakat setempat pun tak Cuma jadi penonton, tapi juga pelaku pariwisata dengan menyediakan rumah mereka untuk wisatawan yang datang.(WAWAN DWI SISWANTO)

MEI hingga September adalah puncaknya kunjungan wisatawan asing di Bondowoso. Bulan yang disebut peak season tersebut pun Kecamatan Sempol dipastikan di banjiri turis. Kini tak hanya turis asing saja menuju Sempol, turis domestik pun juga ramai terlebih lagi saat libur semester antara Juni hingga Agustus.

Di puncak kunjungan wisatawan ke Sempol, dua penginapan yang sering jadi jujukanhome stay arabika dan catimor di Kebun Blawan pun sering ramai.Tapi jangan khawatir tak menemukan tempat bermalam dan tak usah repot-repot harus membawa tenda dari rumah. Karena banyak rumah penduduk yang bisa dipakai untuk tempat bermalam. Mau sewa satu rumah atau satu kamar saja itu bisa diatur.


Deretan rumah sebelum pabrik kopi perkebunan Jampit atau home stay Arabika salah satunya. Rumah pekerja perkebunan PTPN XII dengan pekarangan yang dipenuhi sayur-mayur itulah contohnya rumah yang bisa jadi referensi menginap terlebih lagi bagi kamu yang backapacker. Rumah dengan cat tembok serba putih, kita akan merasakan nostalgia sendiri.

Banyak Turis Dosmestik yang Beli Sayur

Sebab puluhan rumah tersebut sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Jika di renovasi atau di bangun ulang, bentuk dan tata letak serta suasananya dibikin tak jauh beda.
Salah satunya rumah kediaman Sowarno yang juga disediakan televisi LED berukuran 32 inci plus antena parabola. Terdapat dua kamar berukuran 3 x 3. Satu kamar tempat tidurnya bertingkat dan semua tempat tidur terdapat bantal dan selimut tebal yang cukup menghangatkan badan karena udara Sempol begitu dingin di malam hari.

Tak lama kemudian pemilik menawarkan teh, atau kopi. "Mau teh atau kopi," papar Heriyah penghuni rumah itu. Kopi yang disajikan pun bukan kopi sachetan, tapi kopi arabika dari tabah Sempol. Saat hari semakin petang, air semakin dingin, malas rasanya ingin mandi. Tapi lagi-lagi perkataan pemilik rumah tersebut Heriya ada air panasnya membuat rumah tersebut semakin nyaman bagi turis. "Kalau mau mandi kran ini di dapur. Airnya hangat saja tidak panas, karena penghangatnya bukan dari listrik tapi gas," jelasnya.

Heriyah menjelaskan rumahnya dan kamarnya tersebut bisa disewakan untuk wisatawan sekitar tahun 1990an. "Saya tinggal di sini tahun 1995 sudah ada turis menginap, karena arabika full," ujarnya. Awalnya ada turis menginap ke rumah penduduk, kata dia, bisa jadi karena home stay Arabika penuh. Sebab, selama ini pihak arabika selalu menawarkan kepada warga siapa yang amu rumahnya ditepati tamu.

Dia pun memperbolehkan turis menginap di rumahnya dengan catatan saat Hotel Arabika ini penuh. "Tapi kalua sebelumnya pernah menginap di sini ya tidak apa-apa," katanya. Dia mengaku memasang air panas serta tv LED dengan antena parabola bukan karena turis tapi kebutuhan keluarga. "Kalau saya sih memang kebutuhan, gak tau tetangga yang lain. Bisa jadi warga meningkatkan fasilitas agar tamu inji9 nyaman," ujarnya.

Intinya seluruh rumah yang bi8sa digunakan turis itu harus punya menjaga pekarangannya tetap ditumbuhi sayur dan di tata yang injdah. "Ya banyak yang tanya penataan tanaman depan rumah. Kalu turis asing tak ada yang beli. Tapi turis Domestik masih ada yang beli sayuran pekarangan,," jelasnya.

Untuk harganya sendiri perkamar dibanderol Rp 150 ribu. "Per kamar 150 ribu, terserah diisi berapa," imbuhnya. Untuk makanan sendiri Heriyah tidak menyediakan, tapi jika makanan hanya telor dan mie dia bisa. "Kalau kopi teh gratis. Kalau kurang bisa masak sendiri," Pungkasnya. (wah)


Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Kamis 26 Septeber 2016