Senin, 13 Februari 2017

Semangat Ahmad Saleh Menggeluti Olahraga Taekwondo

Tetap Semagat meski Mata Minus dan Patah Kaki

 

KEKURANGAN fisik bukan jadi halangan untuk tidak berprestasi. Inilah Ahmad Saleh Mauladdawilah taekwondoin Bondowoso yang masuk kontingen Jatim di PON XIX Jabar. Selain matanya minus, saat kecil kakinya pernah patang. Namun itu semua menjadi pemacu semangatnya untuk terus berlatih dan bertanding. (WAWAN DWI SISWANTO)

SOSOK tinggi tetap itu terlihat asyik berfoto di pendapa bupati, dua hari lalu. Mengenakan jaket hijau berlogo Provinsi Jatim dan logo KONI Jatim Ahmad Saleh yang masuk kontingen Jatim baru saja berpamitan kepada bupati. "Berangkat ke Surabaya ke Bandung 22 September. Karena, pertandingan taekwondo baru dilakukan 25 September," ucapnya.


Momen berada di pendapa itulah dimanfaatkan untuk untuk berfoto di kota asalnya. Melihat dia memakai kacamata, banyak yang menyangka kacamata itu hanya un tuk gaya agar terlihat ketren saja. "Ini kacamata minus. Minus 4,5 mata saya. Kalau bertanding ya pakai soft lens," ujar Ahmad. perkataan pria asal Kademangan ini bahwa dirinya berkacamata membuyarkan paradigma bahwa berkacamata tidak bisa cermelang di bidang olahraga. Ahmad sendiri pun tak tahu jika matanya minus. "Waktu itu saya sering kalah, jadi orang tua sengaja mengevaluasi dengan merekam pertandingan. Dari memutar ulang video pertandingan tersebut, mulai curiga dengan mata saya," ucapnya.

Ahmad pun mengaku perbedaan antara memakai kacamata sulit mengukur tendangan lawan. "Kalau mata minus ini tendangan lawan dari penglihatan mata tak kena, ternyata kena," paparnya. Memiliki minua 4,5 tersebut cukup memudarkan pandangannya.

Selama memakai kacamata, setiap latihan Ahmad pun cuek-cuek saja apa yang dikatakan orang. Terpenting menurut Ahmad adalah kekurangan bukan mematikan segala potensi. Orang tuna daksa saja bisa jadi olahragawan apalagi hanya mata minus.

Inspirasi yang didapatkan dari sosok Ahmad tak punya dari mata minus saja. Lebih dari itu dia pernah mengalami pata kaki. "Ada lagi yang lebih para dari mata minus.Tulang paha saya ini dulu pernah patah," ungkapnya. Ahmad yang belajar pertama kali taekwondo saat duduk di TK Tima, Bondowoso. Harus menerima kesakitan saat duduk di bangku III SD, karena tertabrak. "Paha ini patah karena waktu kelas III SD ketabrak mobil," ujarnya.

Dokter yang menyarankan untuk berolahraga agar bisa kembali pulih sedia kala menjadi bekal Ahmad menjadi taekwondoin seperti saat ini. "Ya sempat,kecewa, tidak bisa olahraga lagi. Tapiu dokter malah menyarankan berolahraga," ungkapnya.

Berkat kedua orang tua juga, Ahmad pun kembali berolahraga. kali ini bukan taekwondo tapi renang. "Jadi semua ikut renang saudara-saudara saya," katanya. Muylai jenuh dengan dunia renang, di usia 11 tahun Ahmad kembali ke taekwondo. Alhasil kaki kirinya yang pernah patah tersebut justru jadi kaki terkuatnya.

Panjang antara kaki kiri dan kaki kanannya pun berbeda, lebih panjang kaki kiri dengan selisih 2 centimeter saja. "Waktu di test fisik oleh kontingen Jatim," tambahnya. Kini Ahmad menyongsong pertandingan di pesta olahraga nasional tersebut. Dari pengalaman pernah patah kaki dan mata minus, dia berharap agar anak-anak Bondowoso harus semangat dan patang menyerah. (wah)



Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Jumat 16 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar