Selasa, 07 Februari 2017

Melihat Lebih Dekat Industri Tahu

Bangkit setelah Nyaris Bangkrut karena Kebakaran

 

TAHU menjadi makanan khas orang Indonesia. Di Bondowoso sendiri juga banyak penguasa yang bergelut di home industri tahu. Di Kta Kulon yang dekat dengan Kota Bondowoso juga ada. Bagaimana mereka bisa bertahan hingga puluhan tahun.

BEBERAPA pekerja industri tahu milik H Imam, 45, sore itu sibuk memasukkan potongan-potongan tahu mentah ke dalam baskom. Baskom-baskon berisi potongan tahu mentah itu selanjutnya dinaikkan di atas mobil pikap. Pikap milik Imam itu kemudian membawa tahu mentah menuju ke Pasar Wringan dan Pasar Besukim Situbondo.


Di pojok sudut bangunan tua yang dijadikan tempat industri tahu oleh Imam, ada seorang nenek yang menggoreng tahu. Hasil gorengan tahu itu diletakkan di atas meja lebar terbuat dari bambu untuk didinginkan. Di luar pabrik tahu, sudah menunggu puluhan tukang mlijo yang siap memasarkan tahu goreng ke pasar-pasar tradisional dan perumahan di Bondowoso. "Beginilah setiap pagi dan sore kegiatan di dalam home industri tahu ini," katanya, Jumat (6/3).

Imam menceritakan, home industri dikelolanya itu merupakan warisan turun temurun dari kekek nenek dan ayah ibunya. "Saat ini, saya yang melanjutkan usaha ini," terangnya. Sedangkan pabrik tahu itu berdiri pada tahun 70-an. "Namun saat ini home industri ini mulai berkembang," terangnya.

Meski begitu, kata Imam, perjuangan dalam menjalankan usaha keluarganya itu penuh dengan tantangan.

Optimis karena Tahu Tetap Dibutuhkan

Pabriknya pernah terbakar  sekitar 3 tahun lalu menyebabkan usahanya hampir bangkrut. :Namun saya mampu bangkit sehingga pabrik tahu nini kembali berjaya," katanya.
Sedangkan saat ini, dia menghadapim kendala soal harga minyak goreng yang terus meroket mendekati Rp 11 ribu per liter. Akibatnya mempengaruhi usahanya. "Harga minyak goreng beberapa minggu lalu Rp 8,5 ribu per liter. Saat ini, mendekati Rp 11 ribu per liter.," katanya. Namun dia tidak bisa mengelak dengan kondisi harga itu. "Tetapi, saya tetap menjual tahun dengan harga yang lama. Jika dinaikan harga tahunya, maka akan ditendang mlijo dan pedagang pasar," katanya.
Bahkan saat harga kedele naik beberapa lalu, kata Imam, dia tidak menaikan harga tahu buatannya. "Tetapi, saya cuma mengurangi volume tahunya," katanya. Meski begitu kata IMam dia sangat mengetahui kondisi masyarakat Bondowoso dan Besuki. Mereka sangat menyukai tahu buatannya. "Setiap harinya, saya mengirim tahu ke pasar Wringin, Bondowoso dan Besuki dan menghabiskan kedele dua kwintal," katanya. Namun beguti, dia melihat banyak sekali pabrik tahu yang berdiri di Bondowoso. Meski begitu masyarakat masih banyak yang membutuhkan pasokan tahu untuk dikonsumsi. "Tahu dan tempe itu makanan yang bergizi dan sehat, dan tetap akan terus dibutuhkan masyarakat," katanya. (wah)


 Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Senin 05 September 2016

1 komentar:

  1. waaah senangnya ketemu blogger Bondowoso :) salam kenal ya .. yuk gabung di grup BBC (Bondowoso Blogging Community) saling berbagi ilmu .. terima kasih ya sudah menulis tentang Bondowoso

    BalasHapus