Kamis, 09 Februari 2017

Tradisi Coffee Morning di Masjid Zainul Huda, Sukosari

Kosisten Minum Kopi Asli, Bahas Berbagai Persoalan

ACARA coffee morning sering kita dengar dan ikuti untuk acara-acara di kantor, ruang rapat atau pertemusn formal lainnya. Di Desa/Kecamatan Sukorasi Bondowoso, para kian dan tokoh masyarakat ternyata sudah bertahun-tahun m3empunyai tradisi coffee morning tersebut.

SALAT subuh baru saja selesai ditunaikan. Setelah sempat berjabat tangan, beberapa jamaah itu tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Satu persatu jamaah tersebut bergeser ke serambi di samping masjid dan membentuk formasi melingkar. Tak terlalu banyak memang, pagi itu yang datang ada sekitar 10 orang.

Mereka pun langsung terlibat dalam diskusi santai namun serius. Tak lama berserang, seorang anggota darin diskusi kecil itu datang dengan membawa satu 'morong' kopi lengkap dengan gorengannya. Suguhan itupun membuat diskusi semakin cair dan mengalir. "Pagi in tidak terlalu banyak yang datang sekitar sepuluh orang, biasanya lebih banyak lagi," kata Suprayogi, salah seorang dari mereka.


Menurut dia, sebenarnya kebiasaan diskusi dan ngopi itu tak hanya sesuai salat subuh saja, sehabis salat magrib juga ada dengan jamaah yang kumpul dan ngopi bareng. "Dari ngumpul itu kami membicarakan banyak hal mulai pendidikan hingga keumatan. Jika ada persoalan yang perlu di bicarakan ya kami bahas sambil ngopi itu," katanya. Selain mengupas persoalan umat, ngopi pagi tersebut juga menjadi jembatan untuk menyelesaikan atau meredam persoalan yang tengah menghangat di masyarakat.

Termasuk membahas rencana hari besar agama yang dilakukan di masjid Miftahul Huda maupun perkembangan pendidikan yang ada di kompleks masjid tersebut. Meski coffee morning itu dilakukan setiap hari dan sudah berjalan bertahun-tahun nqamun mereka pantang menggunakan kopi saschetan dari pabrik. Mereka tetap menyeduh dan menikmati kopi asli tanpa perasa dan pengawet yang ditanam tak jauh dari sukorasi.

Sementara itu Yus Riadi, ketua remas di masjid tersebut mengaku tradisi coffee morning itu sangat efektif untuk membahar berbagai persoalan yang ad. Baik itu persoalan-persoalan di pendidikan, keumatan maupun persoalan lain di masyarakat. "Dan yang terpenting tetap m,enjaga silaturahmi antara jamaah masjid," katanya.

Ngopi bareng tersebut baru berakhir sekitar pukul 5.30 WIB. Merek pun ada juga yang melanjutkan dengan jalan-jalan pagi ataupun langsung pulang ke rumah masing-msing untuk persiapan bekerja dan ngantar anak sekolah. "Sebenarnya tak hanya habis subuh saja, habis magrib juga ada kebiasaan ngopi bareng itu dan jamaahnya lebih banyak terutama anak-anak mudanya," ujarnya.

Sebagai anggota remas dan petani kopi dia pun sangat mendukung tradisi coffee morning yang sudah berjalan bertahun-tahun tersebut. Apalagi, tradisi mereka tetap konsisten menimum kopi yang di tanam masyarakat di daerah Sukorasi dan Sumber Wringin. (wah)



Sumber: Jawa Pos Radar Ijen,Jumat 09 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar