Kamis, 02 Februari 2017

Gerakan Mempercantik Tugu Pancasila ala Pegiat Rumah Pancasila

Berawal dari Keprihatinan Lihat Bangunan yang Kusam

 

 UNTUK mengingatkan sejarah Pancasila, berbagai monumen Pancasila dibuat pemerintah dan masyarakat. Namun dalam hal perawatan rupanya sedikit yang peduli. Karenanya para pegiat Rumah Pancasila ambil bagian dalam perawatan itu. Semata-mata ingin menumbuhkan semangat nasionalisme.(SHOLIKHUL HUDA)

BEBERAPA hari lalu terlihat para pemuda yang memugar menomen Pancasila di Jalan Desa Kembang, Tlogosari. Mereka melakukan pembersihan area monumen dan mengecat kembali monumen tersebut.


Berangkat dari Rasa Ingin Menjaga Nasionalisme

Praktis dalam waktu lima hari, monumen itu kembali bersinar. Tulisan yang selama ini sudah buram, kembali dihidupkan dengan warna yang cerah. Tembok yang tadinya kusam juga kembali terlihat. Pun demikian dengan tulisan butir-butir Pancasila dan 10 program pokok PKK kembali bisa dibaca dengan jelas.

Pemugara itu ternyata dilakukan oleh para pemuda yang tergabung dalam Rumah Pancasila. Berbagai pemuda itu datang dari Cabang PMII Bondowoso, GMNI, pemuda Kristen, dan masyarakat umum. "Tujuan kami tidak lain ingin kembali menghidupkan pesona simbol pancasila yang diaplikasikan dalam monumen," orang pegiat Rumah Pancasila.

Awal dari adanya gerakan pemugaran itu, kata dia karena melihat monumen yang terletak persis di areal persimpangan jalan Desa Kembang itu terlihat tak terurus. Kondisinya banyak ditumbuhi rumput liar. Parahnya warna catnya juga ikut pudar. Kondisi itu lantas menjadi temuan dan menjadi bahan diskusi.

Akhirnya tegeraklah untuk melakukan pemugaran. Pertama yang dilakukan tentunya melakukan pengumpulan dana. "Jelas dana, dan dana itu kami peroleh dari hasil swadaya atau urunan," terangnya.

Untuk memugar sebuah monumen, dia mengumpulkan dana kira-kira sekitar Rp 2 juta. Dana itu dimintakan kepada para senior yang peduli Pancasila dan ternyata tanggapannya sangat positif. Dalam sekejab dana bisa terkumpul. "Akhirnya kami bergerak bersama-sama," terangnya.

Akhirnya pemugaran dimulai Minggu pertengahan Oktober lalu. Selama lima hari, pengerjaan memasuki finishing. Satu hal yang di junjung seluruh aktifis itu, yakni demi merawat rasa nasionalisme. Sebab monumen Pabcasila merupakan simbol pengingat semagat Pancasila. "Pancasila adalah ideologo Bangsa, sudah sepatutnya monumen Pancasila dirawat dan dijaga," tegasnya.

Arif pemuda lain yang juga ikut melakukan pemugaran itu mengungkapkan pihaknya sangat semangat mengikuti pemugaran. Sebab semagat itu muncul dari rasa ingin mrnjaga nasionalisme. "Kami Rumah Pancasila Bondowoso selama ini sering diskusi, kamni ingin menunjukkan eksistensi lain yakni dengan gerakan," jelasnya.

Sinung Sudrajat, salah seorang penggagass Rumah Pancasila mengungkapkan, di Bondowoso memang ada beberapa titik monumen Pancasila. Selain di Tlogosari ada di Tanaman dan di Cremee. Rencanaya memang selain satu titik itu, akan ada pemugaran di titik lain. "Kami selaku penggagas sangat mengekspresikan usaha itu, dan kami sangat mendukung," jelasnya.

Mengenai pendanaan pemugaran kata Sinung, itu tidak mungkin jika dimintakan anggaran APBD.
Menurut Anggota DPRD dari Fraksi PDIP ini, salah satu langkahnya ya melakukan pengumpulan secara swadaya Pihaknya yakin ketika niat itu tulus, maka akan banyak yang simpatik. "Dan saya yakin niat kawan-kawan ini tulus," ujarnya.

Namun dalam hal ini, Sebenarnya juga harus ada peran dari pemerintahan desa sendiri, sebab bangunan monumen itu ada di desa. Sebenarnya untuk pemugaran, juga bisa dilakukan oleh desa. "Kalau pendanaan itu urusan terakhir, semagatnya ini yang peduli di apresiasi," tegasnya.

Dia menambahkan, selama ini Rumah Pancasila konsen dengan kajian Pancasila. Dimana salah satu programnya adalah ngaji Pancasila. Pihaknya berharap eksistensi itu terus dijaga dan bisa menjadi pemicu semangat masyarakat lain untuk juga tergerak merawat nasionalissme bangsa. (wah)



Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Rabu 26 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar