Rabu, 08 Februari 2017

Saat Eksekusi Santawi menjadi Drama Pertunjukan

Momen Ingatkan Pemuda tentang Arti Pahlawan

 

PRAJEKAN tak hanya terkenal karena ada pabrik Gulanya. Tapi prajekan menjadi salah satu basis pahlawan lokal melawan penjajah. Sayangnya tak banyak orang tahu Prajekan punya pahlawan lokal, sehingga momen Agustusan gelar fragmen tokoh pahlawan bernama Santawi.

LALU lalang truk tebu sudah jadi pemandangan biasa warga Prajekan. Pada Agusrus dan September kali ini PG Prajekan sudah memasuki giling tebu. Wajar saja truk tebu belajar parkir dan memadati badan jalan di Prajekan. Kepadatan jalan gara-gara truk tebu pun rasanya lunas saat malam hari tiba.


Di halaman kantor Kecamatan Prajekan 31 Agustus kemarin, sebuah panggung untuk menutup acara Agustusan itu ada. Seperti acara di desa lainnya, ada beberapa pertunjukan dan slametan bersyukur karena Kemerdekaan Indonesia yang telah berusia 71 tahun kemarin. Menjadi daya tarik adalah pelajar-pelajar Prajekan membawakan puisi perjuangan. Suasana semakin seru dengan kemunculan pemuda yang memakai tentara ala Belanda, berkostum pribumi, serta para pejuang.

Ya mereka naik ke atas panggung untuk mementaskan teatrikal dengan fragmen tokoh Santawi. Siapa Santawi itu? Mungkin bagi sebagian orang Bondowoso, Santawi adalah sebuah jalan di Dinas Pendidikan Bondowoso, kantor Diskoperindang, BPJS Ketenaga kerjaan, Pengadilan Agama, Pengadilan Negri dan banyak kantor pemerintah yang ada di Jalan Santawi.

Ingin Ada Tongkat Estafet Perjuangan

Nyatanya, nama Santawi yang diabadikan sebagai jalan adalah pahlawan lokal Bondowoso asal Prajekan yang bertempur pada Agresi Militer Belanda II, penjajah masuk Bondowoso lewat utara ada yang lewat Prajeka dan Wringin. Salah satu tokoh pejuang dari Prajekan adalah Santawi.

Junaidi ketua Gabungan Apresiasi Seni ( GAS ) yang memerankan drama teatrikal tersebut mengatakan, dalam fragmen yang dibawakan tersebur nilai dramatis adalah saat Santawi ini dieksekusi mati oleh Belanda. "Ya awal ceritanya Santawi pejuang dari Hisbullah itu juga ada saat lawan tentara Belanda yang melintas di Prajekan," ujarnya.

Tapi tokoh penggerak perjuangan Hisbullah di Prajekan tersebut tertangkap oleh Belanda dan akhirnya di hukum mati. Menariknya,kata dia, permintaan Santawi sebelum di hukum tembak mati berbeda dengan lainnya. Lanjut Jun, Santawi meminta di eksekusi setelah salah subuh, meminta agar matanya tak di tutup pin dan ingin yang menembak berjumlah 40 orang. Hening, dan hening inilah suasana penonton saat Santawi di hukum mati. "Suasanya hening, ini tanda tujuan untuk mengetahui pejuang Santawi saat dieksekusi mati," paparnya.

Adam Camat Prajekan menggelar acara tersebut, ingin ada tongkat astafet mengenang senjata pahlawan ke generasi muda. "Pemuda tahu sejarah perjuangan dari buku. Generasi tua mungkin masih ada yang tahu dan merasakan pejuanagan pahlawan," paparnya. Sehiungga bagaimana peran generasi tua menceritan sejarah agar anak-anak tidak melupakan jasa pahlawannya untuk menegakkan NKRI.

Mantan sekretaris KPU Bondowoso ini menjelaskan saat ini kemeriahan Agustusan tak semarak. "Kalau duliu terasa suasana Agustusan, semua gapura berlomba dihiasi," ujarnya. Mengambil tokoh Santawi tersebut karena pahlawan lokal Bondowoso atau khususnya Prajekan. "Kalau pahlawan nasiaonal anak muda banyak tahu dari bukun sejarah dari sekolah-sekolah. Tapi pahlawan lokal seperti Santawi tidak ada di buku pelajaran," papar pria 56 tahun ini. Sehingga dia berharap agar tokoh pahlawan lokal Santawi tidak di lupakan orang Bondowoso, lebih-lebih orang Prajekan karena Santawi dari Prajekan.

Dari mengetahui cerita lewat drama teatrikal ini setidaknya kearifan lokal pejuang Santawi mampu menginspitrasi pemuda Bondowoso, khususnya Bondowoso. "Santawi merelakan nyawanya untuk Indonesia. Pemuda Bondowoso pun seharusnya juga rela merelakan waktu, pemikiran serta pengabdiannya untuk Indonesia," jelas Adam.

Sementara Sandi Sofyan Kades Prajekan Lor mengatakan ada dua tokoh pahlawan besar dari Prajekan. "San-tawi dan Amir Kusman. Dua pejuang tersebut pun paparnya. Fandi mengaku awalnya tidak tahu siapa itu Santawi. Dia mengetahu ada pahlawan dari Prajeka saat diberi tahu oleh orang tua saat mengerjakan hiasan gapura. "Waktu itu saya bingung cari sosok pahlawan di hiasan gapura. Ternyata ada orang tua bilang, ngapain bingung kan ada ada Santawi. Saya pun tanya siapa itu Santawi," paparnya.

Dari sana dia ingin pemuda Prajekan juga tahu mereka punya pejuang, dalam pementasan drama teatrikal Santawi bukan pertama kali di Prajekan. Tapi fragmen cerita eksekusi mati Santawi baru pertama kali dan ini menjadi inspirasi untuk meneruskan perjuangan para pahl;awan untuk Indonesia. (wah)



Sumber: Jawa Pos Radar Ijen, Selasa 06 September  2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar