Kamis, 16 Februari 2017

Kebun Kalisat, Perkebunan Kopi Terbesar Jujugan Studi Banding Wisata


 

Dosen Andalas Pun Jauh-Jauh Studi Banding ke Bondowoso

PERKEBUNAN Kopi tak memulu mendapatkan hasil kopinya saja. Penataan kebun kopi pun bisa jadi wisata edukasi seperti di kebun kopi milik PTPN XII yang berada di Sempol.

(WAWAN DWI SISWANTO)

MATAHARI yang menyinari bumi Sempol pagi itu mengiringi masyarakat setempat berangkat beraktivitas. Dengan sepatu boot dan topi dari bambu mereka pun siap memanen kopi arabika di perkebunan. Ada yang berjalan kaki menuju kebun, naik motor, ada pula yang rombongan dengan truk. "Mau panen kopi, mau ikut, jauh tempatnya," kata seorang pekerja kebun saat berjumpa dengan Jawa Pos Radar Ijen di sekitar home stay arabika.

Menikmati kopi arabika di pagi hari di penginapan arabika pun, tak hanya menghadirkan pemandangan Gunung Ijen saja. Tapi di tambah aktifitas pekerja pabrik yang menjemur kopi arabika itu. Berwarna putih inilah kopi arabika yang masih memiliki kulit ari atau yang disebut horn skin (hs).

Dalam panen kopi tahun ini pula, tak sedikit para wisatawan dari luar kota hingga luar negri berkunjung ke baprik untuk mengetahui lebih dekat proses pengolahan kopi arabika milik perusahaan BUMN ini. Nyatanya kopi tersebut tak langsung dijemur. Sebelum dijemur biji kopi hs ini dibersihkan dengan air mengalir dari labirin ke labirin.

Kopi yang tak memenuhi standar pun keluar dari jalur labirin berbeda. Kopi yang standar menumpuk dan siap untuk diangkut menuju tempat penjemuran. "Kalau kopi yang di tempat ini kurang baik, jadi dibuang," ucap salah satu pekerja yang membersihkan kopi tak layak itu.


Lihat Luwak Memilih Biji Kopi

Di tempat penumpukan kopi hs siap jemur pun, alasnya seperti saringan. Besi berlobang itulah alasnya sehingga air bisa langsung menetes. Di ruang lainnya adalah para pekerja yang mayoritas perempuan dengan penutup kepala serta menggunakan masker sibuk melakukan sortasi biji kopi.
Jawa Pos Radar Ijen pun tertarik mengikuti 12 orang rombongan dari Universitas Andalas, Padang menuju ruangan icip-icip kopi arabika. Sepuluh mangkok besar berisi kopi arabika pun siap menjajal cita rasa kopi. Sebelum, mencoba mereka dikenalkan memilih aroma kopi mana yang terbaik.

Musilar kasim, pembina Pusat Pengembangan Kopi dan Kakao (Pusbang Koka) Universitas Andalas, Padang mengatakan tujuan ke perkebunan kopi arabika di Sempol tersebut dalam studi banding. Jauh-jauh dari Padang ke Bondowoso, kata dia, karena satu-satunya kebun dan pabrik kopi arabika terbesar di Indonesia hanya ada di Sempol, Bondowoso. "Kalau tempat kami itu kebun rakyat. Aceh kebun rakyat, Sumatra Utara kebun rakyat, Sumatra Barat juga," paparnya.

Apalagi di Sempol ini punya empat kebun dan masing-masing kebun memiliki luas sekitar 3 ribu hektar. "Ada di kebun Kalisat Jampit, Blawan, Kayu Mas, dan Pancur. Hasilnya pun terbesar satu tahun bisa capai tiga ribu hingga empat ribu ton," katanya.

Di Sumbar, kata Musliar kasim, juga punya kopi spesialti tapi tetap diusahakan lewat kebun rakyat. Harapannya dia berkunjung ke perkebunan di Sempol tersebut untuk edukasi ke petani kopi rakyat sumatra, khususnya Sumbar. Terlebih lagi di Sumbar kopinya tak pakai naungan, padahal kopi itu mutlak pakai naungan. Sehingga berkaca dari kunjungan di Bondowoso, petani kopi di Sumbar teredukasi dengan baik dan meningkatkan produksinya.

Usai pulang dari pabrik kopi, para wisatawan pun bisa mengetahui bagaimana hewan luwak memiliki biji kopi. Termasuk kotoran luwak yang dijadikan seduhan kopi termahal di dunia. (wah)



Sumber: Jawa Pos Radar Ijen,Rabu 21 September 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar