Senin, 06 Maret 2017

Asa di Balik Saka Bhayangkara yang Masuk lima Besar Jatim

Belajar Lalin, jadi Pelopor Keselamatan Berlalulintas

PRAMUKA tak hanya sekedar bernyanyi ataupun perkemahan Sabtu Minggu (Persamai). Inilah yang membuat pramuka Bondowoso juga belajar Lalin kepolisian sehingga masuk lima besar dalam lomba saka Bhayangkara Direktorat Lantas Polda Jatim. (WAWAN DWI SISWANTO)

WAJAH ceria terpancar dari raut wajah Cholifah Vilda saat mengikuti sosialisasi cara pemilihan ketua Osis yang dilakukan KPU Bondowoso di Aula SMAN 2 minggu kemarin. Sumringah Vilda bukan karena mendapatkan wawasan baru bagaimana cara mengelar pemilihan osis tersebut. Justru dia bahagia karena baru saja mendapatkan juara harapan II dalam lomba Saka Bhayangkara Direktorat Lantas Polda Jatim, 12-14 Agustus di Sidoarjo. "Ekstrakulikurel di sekolah Pramuka. Lho itu memang baru harapan II di lomba Saka Bhayangkara," ujarnya.

Sabtu, 04 Maret 2017

Saat Mahasiswa Mendorong Masyarakat Peduli Benda Purbakala

Banyak yang Tahu Kalau Purbakala itu Potensi Wisata

KULIAH Kerja Nyata (KNN) mahasiswa Unej tak hanya mendorong pendidikan dan ketrampilan warga saja. Lebih dari itu mereka menyadarkan masyarakat Desa Kejayan, Pujer akan potensi purbakala. (WAWAN DWI SISWANTO)

MOMENT Agustusan menjadai ajang memperkuat cinta tanah air dengan menggelar ragam perlombaan. Dari kampung, desa, dusun hingga tingkat kabupaten pun tak luput dengan ragam lomba. Bagi mahasiswa Unej yabg menjalani KKN di Desa Kejayaan, Pujer untuk menumbuhkan cinta tanah air tak sekedar lomba saja. Tapi, mereka mulai memberikan wawasan peradaban Bondowoso yakni megalitikum.

Cerita Pengalaman Pramuka Bondowoso di Jamnas 2016

Bawa Tape, Kopi, dan Kuningan, Kenalkan pada Semua Peserta

SEBANYAK 40 perwakilan Pramuka Bondowoso baru saja datang dari Jambore Nasional (Jamnas) di Cibubur, Jakarta. Dalam ajang lima tahunan yang diikuti pramuka seluruh Indonesia ini, mereka turut mengenalkan berbagai produk dan wisata asli Bondowoso. (SHOLIKHUL HUDA)

ORGANISASI dengan simbol tunas kelapa ini, terus menggelorakan di Bondowoso. Semangatnya seakan tak pernah lekang oleh waktu. Apalagi dengan pemberlakukan ke-13 yang memberikan porsi wajib untuk ekstrakulikuler ini, menjadi sekolah terus mengembangkan organisasi ini.

Jumat, 03 Maret 2017

Dua Pelajar SMK Tlogosari Juara 1 Nasional Lomba Inovasi

Bikin Pengenyal Pentol dari Rendaman Abu Daun Pisang - Kelapa

DUA asal SMKN Tlogosari membikin terobosan dengan mengenyalkan pentol bakso menggunakan abu daun pisang dan daun kelapa. Atas idenya itu, Kementrian Pertanian menobatkan dua siswa itu sebagai peraih juara 1 nasional inovasi siswa. (EKO Saputro)

RATUSAN siswa-siswi SMK Negri Tlogosari Bondowoso tampak menyambut hangat kedatangan Malika dan Sofan yang baru saja datang dari Jakarta. Keduanya datang membawa tropi atau piala penghargaan dari Kementrian Pertanian. Kedua siswa yang tergabung dalam satu tim itu mampu meyakinkan juri lomba inovasi sehingga meraih juara pertama.

Yergi Saegin, Pemuda Kreatif yang Buat Pomade Sendiri

Sembilan Kali Gagal, Akhirnya Produk Sampai Sulawesi

MODEL gaya rambut pompa dour ditambah minyak pomade memang sangat booming di kalangan pria. Tak hanya remaja saja, pria dewasa dan anak-anak tak mau ketinggalan dengan gaya rambut klimis itu. Tren inilah yang membuat Yergin Saegin Pratama memulai membuat minyak rambut pomade sendiri. (WAWAN DWI SISWANTO)

PESTA rakyat yang digelar dalam rangka memperingati Hari Jadi Bondowoso (Harjabo) Sabtu 13 Agustus menyita perhatian banyak orang. Acara yang digelar di Jl Jaksa Agung Suprapto atau di sekitar Monumen Gerbong Maut terasa sesak oleh pengunjung. Usai peserta kembang api sekitar 22.30, suasana pesta rakyat mulai lenggang. Satu persatu pengunjung mulai pulang dan stan pameran mulai dikemasi.

Kamis, 02 Maret 2017

Geliat Anak-anak Muda Mengenal Kopi asli Bondowoso

Ajak Barista ke CFD - Bagikan Kopi Gratis

 

DEKALARASI Bondowoso Republik Kopi, membuat beberapa anak muda melakukan inovasi. Mereka melakukan pengenalan kopi dengan menjadi barista dan membagikan kopi gratis. (SHOLIKHUL HUDA)

PEMANDANGAN menarik terjadi dalam gelaran Car Free Day (CFD) akhir pekan kemarin, Seorang barista dengan peralatan teko, cangkir, timbangan mini untuk menimbang kopi bubuk, tengah sibuk meracik kopi. Barista itu kemudian memasukkan kopi kedalam cangkir. Setiap cangkir berisi 10 gram kopi bubuk.

Melihat Antusia Agustusan di Prajekan Lor

Pugar dan Baksos Makam Pahlawan Santawi

 

LOMBA menjadi ciri khas perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia. Namun ada yang berada di Desa Prajekan Lor. Sebab tak hanya lomba, namun juga ada baksos pemugaran makam Santawi. Pahlawan Bondowoso asli. (WAWAN DWI SISWANTO)

SEPEKAN mengenang dua pejuang Prajekan. Itulah tema undangan malam 17 Agustus yang ada di DEsa Prajekan Lor.

Rabu, 01 Maret 2017

Tinta Pena, Komunitas Mahasiswa Bondowoso yang Kuliah di Jember

Buat Kegiatan Kreatif, Road Show ke Berbagai Sekolah

 

TINTA Pena, begitulah perkumpulan ini disebut. Terbentuk dari para mahasiswa yang kuliah di Jember, lantas perkumpulan ini mencoba ingin memberi manfaat bagi daerah asalnya, yakni Bondowoso. (SHOLIKHUL HUDA)

SABTU itu, ratusan siswa SMA yang tengah memakai seragam pramuka berduyun-duyun menuju GOR Pelita, Bondowoso. Mereka mengikuti talk Show Merah-Putih dengan tema Bela Negara.

Usaha Asper dan Mandor Tangkal Gangguan di Hutan

Bekali Bela Diri dan Penguasaan Baris-Berbaris

 

ASPER dan mandor di lingkungan Perhutani KPH Bondowoso ternyata harus memiliki kemahiran yang komplek. Tak hanya di ajarkanbaris-berbaris, tapi juga belajar seni bela diri agar bisa menaklukan setiap orang yang mengganggu hutan. (WAWAN DWI SISWANTO)

KUMPULAN pria berpakaian hitam, mengenakan ikat kepala merah dan bagian wajah dibubuhi cat warna hitam menjadi perhatian orang yang ada di Kawah Wurung, Rabu lalu (17/8). Tepatnya saat upacara kemerdekaan di Kawah Wurung, Sempol. Satu persatu mereka turun ke lembah padang savana Kawah Wurung untuk mengikuti upacara detik-detik kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 71.

Selasa, 28 Februari 2017

Kreasi Mahasiswa KKN Membantu Manfaatkan Melimpahnya Pepaya di Pedesaan

Buahnya Dibuat Selai, Isinya jadi Penghitam Rambut

PEPAYA sudah tak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Jika, umumnya buah tersebut dijual berbentuk buah. Berkat Mahasiswa Unej yang KNN di Desa Magli, Puger, membantu warga merubah pepaya jadi selai hingga obat alamai.(WAWAN DWI SISWANTO)

MOMENT Agustusan tak hanya bernuansa perlombaan saja. Lebih dari itu, masyarakat pedesaan mulai merasakan sumbnagsih mahasiswa yang dari Juli hingga Agustus ini menjalani Kuliah Kerja Nyata.
Mahasiswa ke desa tidak melulu soal membangun gapura, toilet atau pun pelayanan.

Agus Sugianto, Pemahat Kayu asal Curahdami

Memahat Sesuai Inspirasi, Sealau Update di Internet

SENI rupa sudah menjadi dunia Agus Sugianto. Pria asal Curahdami ini tak sekedar melukis, atau mematung saja namun juga bisa merubah limbah akar jati menjadi meja kursi yang bernilai seni tinggi.(WAWAN DWI SISWANTO)

RUMAH sederhana nan aristik rasanya seperti bukan di Curahdami saja. Pagar yang terbuat tembok pun juga dihiasai seperti rumah di Bali. Ada pula pilar dan pintu yang terbuat dari kayu diukir sedemikian rupa menjadi ciri khas kediaman Agus. "Asyik ya rumahnya tidak seperti rumah di desa-desa," ujarnya.

Senin, 27 Februari 2017

Street Art,Komunitas Anak-anak Muda Bondowoso yang Jago Grafiti

Penuh Arti, Nggambar di Baliho Agar lebih Familiar

JIKA kita mengelilingi Bondowoso, akan melihat beberapa titik yang ada karya grafiti i tembok. Mayoritas karya itu dihasilkan tangan-tanagn muda kreatif yang tergabung dalam street art. (SHOLIKHUL HUDA)

PAGI itu, beberapa anak muda terlihat sedang sibuk corat-coret di sebuah baleho putih. Tergenggam di tangan mereka sebuah caps pylox. Dalam bentangan panjang baliho itu, ada empat bagian gambar. Setelah beberapa lama menggambar, kreasi menjadi guratan seni grafiti.

Itulah cara komunitas Street Art Bondowoso mempopulerkan grafiti. Mereka menggambar di area car free day pekan lalu. Tujuannya adalah mengenalkan masyarakat tentang seni grafiti. "Sebab masih banyak masyarakat yang menganggap seni grafiti sebagai sebuah vandalieme atau corat-coret tanpa arti," jelas Kholikhul Rahman, salah seorang pegiat Street Art.

'Bagong' Juara Kontes Sapi Jumbo dari Maesan

Harus Telaten, Diajak Ngomong Layaknya Manusia

SAPI jenis simental asal Maesan dinobatkan sebagai sapi terberat dalam kontes sapi di lapangan Sekarputih, Tegal ampel. Bagaimana merawat Bagong, nama sapi jumbo tersebut hingga jumbo dan sehat?(WAWAN DWI SISWANTO)

"PETERNAK sapi itu harus banyak membaca buku, buka internet, dan ikut kelompok peternak" kata Wibowo Hatono, warga Maesan pemilik sapi jumbo tersebut. Saat berjalan Bagong memang terlihat gagah, berwibawa dan menarik perhatian banyak orang. Dengan kulit coklat, berkepala putih, dan mengenakan kalung warna merah baru dinibatkan sebagai juara dengan berat 1,226 ton.

Saat Jawa Pos Radar Ijen mendekati sapi tersebut, Hartono langsung memerintahkan sapinya untuk berdiri. "Ayo bangun-bangun," ucap Wibowo sembari memberi sentuhan di kaki sapi kesayangannya itu. Bagong menurut dan langsung berdiri. Selama kontes berlangsung, sapi jenis simental tersebut juga sering diajak selfie oleh warga sekitar. Bahkan banyak anak kecil yang ingin foto bersama dengan si jumbo Bagong.

Sabtu, 25 Februari 2017

Nestepa Keluarga Tohari, Pria yang Dua Tahun Hidup dalam Pasungan

Bapaknya Buta, Ibu jadi Tulang Punggung Keluarga

 

TARGET Indonesia bebas pasung perlu sentuhan seluruh elemen masyarakat. Sebab masih ada warga yang memasung anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa. Termasuk yang dialami Tohari warga Tanggulangin, Tegalampel.(WAWAN DWI)

SIRINE ambulans terdengar begitu keras di sekitar SDN Tanggulan 1, Tegalampel, tengah hari kemarin. Mobil putih melesat begitu cepat ke arah kota.

Kreasi Hantaran Dasawisma Prajekan Lor Belajar

Bikin Hiasan Mukena Berbentuk Bebek, Ayan, dan Bunga

SESERAHAN lamaran atau hantaran, menjadi tradisi yang tak bisa dilepaskan masyarakat Bondowoso. Tapi tak semua orang bisa memoles hantaran tersebut. Inilah yang membuat ibu-ibu Prajekan Lor menggelar pelatihan membuat hantarab agar tradisi ini tak tergerus oleh jaman
WAWAN DWI SISWANTO


AGUSTUSAN tiba, warna merah putih mengiasi perumahan, perkampungan, jalanan hingga perkantoran termasuk juga di Balai Desa Prajekan Lor. Umbu-umbul merah putih pun terhilat berdiri tegak di pintu masuk balai desa itu.

Keriuhan lomba-lomba memperingati HUT kemerdekan Republik Indonesia (RI) sangat terasa. Seperti akhir pekan lau (6/8),keiuhan Agustusan di Balai Desa Prajekan Lol bukan anak-anak lagi yang asik lomba. Justru yang meramaikan adalah ibu-ibu hingga nenek yang serius mengikuti pelatihan menghias hantaran. Sehingga suasana Agustus-an di desa tersebut tak lagi lomba-lomba atau pertunjukan kesenian saja, melainkan ada pelatihan untuk para kartini Prajekan Lor.

Jumat, 24 Februari 2017

Moch Kholil, Perajin Alat Musik Hadrah dari Bunder (2-habis)

Sempat Buat Jidur dari Besi Tua, Diminatai hingga Luar Kota

TAK pernah arang inilah semangat Moch Kholil yang terus membuat alat musik hadrah. Bahkan dia sempat membuat alat musik hadrah tersebut dari triplek hingga besi tua. Meski begitu peminatnya hingga luar kota. (WAWAN DWI SISWANTO)


KERJA keras dan tetap waktu inilah yang diunujukan M Kholil saat menyelesaikan pesanan alat musik hadrah. "Ada pesanan untuk toko-toko musik," ucapnya. Sembari memotong plat besi sebagai bahan baku jidur, tenor, dan lainnya itu, Kholil mulai mengingat-ingat kapan dia mulai terjun mengikuti pembuatan alat musik itu.

"Pertama membuat itu sebelum reformasi, mungkin tahun 1997," ungkapnya. Namun kala itu membuat alat musik hadrah tidak untuk dijual seperti sekarang. Latar belakang buat alat musik bernama jidur dan tenor pun karena Kholil mengikuti grup hadrah di Pejaten yang kesulitan membeli peralatan musik hadrah. Berbekal pengalaman bekerja sebagai mebeler di Pejaten, dia mencoba membuat jidur dan tenor agar grup hadrahnya tersebut tetap eksis. "Waktu itu pakai triplek, metodenya ya hampir sama dengan membuat beduk," jelasnya.

Moch Kholil, Perajin Alat Musik Hadrah dari Bunder (1)

Tiru Teknologi Soneta Band dan Gambus Klasik



BISA membuat alat musik adalah keahlian spesial. Keahlian itulah yang dimiliki Moch Kholil. Selain bisa bermain hadrah, dia juga bisa membuat alat tersebut.(WAWAN DWI SISWANTO)

MENCARI alat musik hadrah, yakni ada jidur, rebana, senar, dan drum set di Bondowoso, tujuannya selalu di toko buku ternama, toko olahraga dan Namun siapa sangka di Bondowoso juga ada perajin alat musik tersebut yang dibuat sendiri secara manual.

Kamis, 23 Februari 2017

Lebih Dekat dengan Petani Singkong Tapioka

Sudah Panen Dua Kali dengan Hasil Melimpah

SELAIN mengembangkan singkong untuk tape, petani Bondowoso mulai banyak yang merilik singkong untuk bahan baku tapioka. Tanpa pengenyampingkan singkong jenis tape, mereka membudidayakan singkong jenis kasesa. Sebarannya ada di Tamanan, Jambesari, Prajekan, Tamankrocok, Cermee, Tenggarang dan Maesan.(SHOLIKHUL HUDA)


SEKITAR satu setengah tahun ini, bentangan sawah yang berada di Taman Krocok terlihat berbeda. Hamparan tamanan singkong mewarnai lahan tanah yang dekat dengan sungai tersebut. Rupanya para petani sedang mencoba mengembangkan tanaman singkong. Tanaman singkong ini bukan varietas untuk tape, namun untuk jenis tapioka.

Awal Agustus kemarin, para petani singkong melakukan panen. Singkong yang sudah berumur kurang-lebih 11 bulan itu, diangkat dari dalam tanah. Hasilnya sangar lumayan, dalam satu barang singkong, rata-rata bisa menghasilkan empat sampai lima kilogram singkong. "Saya menanam 9000 meter persegi, jadi satu hektar kurang, hasilnya mencapai 37,6 ton," tutur Muhasyim, salah seorang petani singkong.

Asyiknya Bermain di Waduk Bercak Asri Cermee

Bisa Jadi Solusi Irigasi, KOlam Pancing Plus Wisata

CERMEE ternyata tak hanya mempunyai Solor dengan bebatuan susunya. Lebih dalam lagi melancong ke Cermee ada keasyikan anak-anak bermain air di waduk.(WAWAN DWI SISWANTO)


DESA Bercak Asri, Cermee tak semua orang paham. Namun belakangan ini Bercak Asri kian sering dikunjungi para pejabat tingkat provinsi karena ada penilaian lomba pengairan. Bagi orang yang pertama datang, Bercak Asri sebuah waduk tentu jadi perhatian mereka.

Segar, adem, dan semilir angin bersantai-santai di bawah rindangnya pepohonan dengan pemandangan waduk. Menuju waduk tersenut mudah-mudah gampang. Sesampainya di Cermee, tinggal tanyakan pasar Bercak Asri. Setelah sampai pasar desa itu, tanya lagi ke warga di mana letak waduk. "satu kilometer lagi ada waduk pinggir jalan nanti," ucap warga sekitar pasar Bercak Asri.

Rabu, 22 Februari 2017

Keluarga Besar Ki Ronggo yang Eksis Lestarikan Kotekan Lesung

Selalu Tampil di Harjoba, Wujud Pelestarian Budaya

MENUMBUK padi dengan lesung secara bersamaan, adalah salah satu budaya para leluhur. Saat peringatan harjobo, budaya ini kembali dihidupkan sebagai bentuk pelestarian budaya lokal.(WAWAN DWI SISWANTO)


NAPAK tilas Ki Ronggo sebagai acara pembuka Hari Jadi Bondowoso (Harjabo) ke 197 pekan lalu begitu memukau. Puluhan kereta kuda di hiasi bunga-bunga dengan penumpang forpimda dan SKPN begitu pas dengan busana adat. Tak sedikit masyarakat setempat mengabdikan moment tersebut dari kamera ponselnya. Ada pula siswa SD yang berdiri sembari melambaikan tangan dan mengibarkan bendera saat rombongan kereta kuda itu melintas.

Sesampainya di gerbang Makam Ki Ronggo yang berada di Sekarputih, Tegal Ampel, rombongan itu di sambut oleh keluarga besar Ki ROnggo. Untuk kaum laki-laki, mereka mengenakan pakaian adat serta hiasan blangkon di atas kepalanya. Suasana ini tersaji seperti kembali pada jaman dahulu.

Apresiasai untuk polisi-polisi Berdedikasi

Tuntaskan Kasus Korupsi, Hentikan Penjamretan hingga Narkoba

KERJA keras dan keberhasilan polisi dalam menjalankan tugasnya mendapat apresiasi. Mereka diantaranya anggota Satlantas yang mengejar dan meringkus jambretan hingga penyidik tipikor Reskrim yang menuntaskan kasus-kasus korupsi.(WAWAN DWI)


PAGI kemarin (2/8) adalah hari bahagia bagi 14 anggota Polres Bondowoso. Upacara pemberian Penghargaan di lapangan belakang mapolres tersebut begitu khidmat. Seluruh kasat, kabag serta kapolsek pun hadir dalam apel penuh dengan rasa kabangaan itu.

Sengatan sinar matahari pagi ditambah sambutan Kapolres AKBP Afrisal mengorbankan semangat baru untuk menjalankan tugas lebih baik lagi. Apalgi sebagai seorang polisi yang berada di tengah-tengah masyarakat harus bisa memberikan rasa kenyamanan, kemanan dan ketertiban, semua itu untuk mereka semua.

Selasa, 21 Februari 2017

Junaidi, Sosok di Balik Drama Kolosal Babad Bondowoso

Maestro Drama Kolodal yang Mengabdikan Hidup untuk Seni

PERHELATAN drama kolosal Babad Bondowoso pada gelaran Bomdowoso Harritage akhir pekan lalu sangat memukau. Kostum sampai polesan adegan tersaji dengan ciamik. Adanya suguhan itu, tidak lepas dari sosok Junaidi atau orang yang akrab disapa Bang Jun.(SHOLOKHUL HUDA)

SANGGAR milik Gabungan Apresiasi Seni (GAS) di Kelurahan/Kecamatan Curahdami ini sangat sederhana. Tempatnya strategis, yakni di depan Mako Polsek Curahdami. Namun akses masuknya agak sulit. Tidak akses masuk resmi. Untuk menuju sanggar ini, harus melewati kuburan kuno. Disinal ada aksesoris yang digunakan untuk pementasan drama Babad Bondowoso tersimpan.

Sanggar ini sejatinya adalah belahan rumah milik Junaidi, Ketua GAS Bondowoso. Karena sudah mendedikasikan hidupnya untuk seni, maka dia rela membagi tempat tinggalnya untuk sanggar. Diruangan yang sempit itu, ada berbagai jenis alat musik. Mulai kendang, ketipung, kenong sampai drum yang merupakan alat musik modern.

Heri Wahyudi, Wakili Bondowoso di Porseni PGRI Tingkat Nasional

Tak Menyerah meski Jari Cedera Terjepit Pintu Bus

Pekan Seni dan Olahraga (Porseni) PGRI tak asing bagi Heri Wahyudi. Dia pun tercatat tiga kali membawa nama harum Bondowoso lewat cabang tenis meja. Kini di Porseni PGRI, dia kembali muncul menjadi wakil Bondowoso menuju tingkat nasional.(WAWAN DWI SISWANTO)


KABAR gembira datang dari PGRI Bondowoso. Bukan urusan guru K2 atau hononer tapi kabar gembira tersebut datang dari bidang olahraga. Perhelatan Porseni PGRI 25 Juli di Bondowoso berhasil mewakili Jawa Timur di tingkat nasional. Adalah Heri Wahyudi berhasil membawa pulang medali emas di pertandingan tenis meja.

Guru ekonomi SMAN Pujer dan MA Al Barokah itu saat muda memang menggeluti tenis meja. Bahkan prestasinya tak hanya di tingkat Bondowoso tapi juga tingkat Jatim. Heri Barker itulah sebutan beken dia dalam tenis meja. Pria 36 tahun ini pernah bergabung PTM Bentoel 2005 dan pernah menyabet medali perak di Kejurda tahun 2000. "Waktu itu saya lebih dikenal Heri dari Malang dari pada hari dari Bondowoso," ucapnya.

Senin, 20 Februari 2017

Perumahan Penduduk Sempol yang Bisa Dijadikan Alternatif Penginapan

Sejak 90-an, Pertahankan Pekarangan nan Indah


KEINDAHAN kawah Ijen yang mendunia dan kian banyak destinasi wisata unggulan Bondowoso si Sempol, semakin banyak wisatawan yang datang ke Sempol. Masyarakat setempat pun tak Cuma jadi penonton, tapi juga pelaku pariwisata dengan menyediakan rumah mereka untuk wisatawan yang datang.(WAWAN DWI SISWANTO)


MEI hingga September adalah puncaknya kunjungan wisatawan asing di Bondowoso. Bulan yang disebut peak season tersebut pun Kecamatan Sempol dipastikan di banjiri turis. Kini tak hanya turis asing saja menuju Sempol, turis domestik pun juga ramai terlebih lagi saat libur semester antara Juni hingga Agustus.

Di puncak kunjungan wisatawan ke Sempol, dua penginapan yang sering jadi jujukanhome stay arabika dan catimor di Kebun Blawan pun sering ramai.Tapi jangan khawatir tak menemukan tempat bermalam dan tak usah repot-repot harus membawa tenda dari rumah. Karena banyak rumah penduduk yang bisa dipakai untuk tempat bermalam. Mau sewa satu rumah atau satu kamar saja itu bisa diatur.

Dimas Zulkifli Melatih Konsentrasi - Kesabaran melalui Menembak

Sering Ikuti Kejuaraan, Koleksi Banyak Piala

INGIN melatih konsentrasi dan kesabaran. Itulah alasan Dimas Zulkifli mencoba mendalami cabang olahraga menmbak. Niatan itu nyatanya tidak sia-sia. Dia sering mendapat juara. Terakhir dia menjadi runner up di ajng menembak di Situbondo.(SHOLIKHUL HUADA)


PEMUDA itu berbadan tegap, tinggi dan memiliki mata sipit. Dari logat bicaranya, terlihat ketenangan dan ketegasan. Dialah Dimas Zulkifli, pemuda asal Tenggarang. Saat di temui Jawa Pos Radar Ijen sore kemarin (27/9) Dimas baru saja pulang kerja. Memang setelah lulus SMA 2015 lalu, dia masih'parkir' sembari beraktivitas di bidang komputer.

Dimas menuturkan, cita-citanya adalah menjadi TNI. Karena ituy, sejak di bangku SMA, dia suka dengan olah raga menembak. Selain itu dia juga rajin melatih fisiknya untuk mendapatkan tubuh yang ideal."Olahraga merupakan hal yang harus dilakukananak muda, agar selalu sehat tubuhnya seimbang," katanya.

Sabtu, 18 Februari 2017

Menyusuri di Goa Arak-arak

Mirip Window Cafe di Puerto Rico, Pelepas Dahaga Setelah dari Surabaya

ARAK-ARAK, Wringin menjadi akses jalan tercepat menuju Surabaya. Jalan yang berkelok-kelok itu pun bisa jadi lokasi wisata menarik. Tak hanya menyajikan pemandangan alam dengan kontur berbukit-bukit tapi ada goa di balik jalan berkelok itu.(WAWAN DWI SISWANTO)


PERJALANAN dari Surabaya menuju Bondowoso begitu melelahkan. Melintasi Jalur Pantura mulai dari Pasuruan hingga Situbondo panas dan menyengat. Sesampai di arak-arak, perjalanan mulai asyik. Jalan berkilu ditambah deretan pohon jati plus pemandangan berbukit membuat para pengendara ingin berhenti sejenak. Pemandangan arak-arak jadi lokasi pilihan beristirahat sebelum melanjutkan perjalanan ke Bondowoso.

Di pemandangan arak-arak sama seperti lokasi daerah pegunungan lainnya. Namun yang menjadi penasaran sekelompok mahasiswa asal Jember, bukan pada pemandangan arak-araknya. Mereka lebih memilih istirahat di pepohonan jati. Tepa berada pada bando perbatasan Bondowoso - Situbondo. Pemuda-pemudi berhenti di sebuah warung kanan jalan. Mereka parkir dan berjalan kaki ke ladang pete. Pertanyaan pun muncul, kemana mereka. "Anak-anak itu ke goa dekat lewat belakang warung," ucap ibu-ibu yang berjualan di warung tersebut.

Tim fitsal MAN Bondowoso yang Juara Liga se Kresiden Besuki

Makin Semagat Setelah Diledek seperti Tapai

KIPRAH anak-anak Bondowoso ini membanggakan . Selain memperoleh pendidikan formal, mereka juga melatih kepiawaian di bidang Olahraga. Walhasil, saat mengikuti laga futsalnse-karesidenan Besuki di Jember, mereka berhasil mengharumkan nama Bondowoso.(SHOLIKHUL HUDA)


KAMIS kemarin menjadi momen yang membanggakan bagi para pemuda Bondowoso yang tergabung dalam Tim Futsal MAN. Sebab mereka penghargaan sebagai juara dalam kejuaraan futsal tingkat karesidenan Besuki. Mereka bermain dalam lomba Futsal yang diadakan oleh UKM Sistem Informasi Unej.

Rupanya tidak hanya kali itu saja tim futsal MAN Bondowoso menjadi juara. Pada Mei lalu, tim Besutan M Wahyudi ini mampu naik podium pada laga futsal Mandala Cut di Jember. Padahal dari Bondowoso tidak hanya tim futsal dari MAN saja yang juga mengirimkan timnya untuk mengikuti lomba.

Jumat, 17 Februari 2017

Olivia Puspita Sari, Menjalankan Bisnis Fashion dari Rumah

Diminati hingga Luar Pulau, Gerai Baju Layak untuk Amal

MENJADI Ibu rumah tangga juga bisa menambah pemasukan keluarga. Inilah yang dilakukan Olivia Puspita Sari, berkat kesenangannya di dunia fashion ternyata bisa jadi ladang bisnis.(WAWAN DWI SISWANTO)


MENUJU kediaman Olivia di Perum Tamansari Indah pun cukup mudah. Hanya memakan waktu lima menit dari pusat kota alun-alun. Rumah dengan pagar warna hitam pun sama seperti rumah pada umumnya. Setiap jam istirahat kantor satu per satu tamu perempuan Olivia mulai datang. Mereka bukan tamu biasa melainkan pembeli busana hijab.

Kamar depan dengan ukuran mini 2x3 meter dengan warna pastel dan ornamen vintage pun jadi tempat Olivia bekerja di bidang fashion. Gagdet pun rasanya tak bisa lepas dari genggaman Olivia yang menerangkan sejumlah busana fashion kekinian kepada pelanggan. Berkat telepon cerdas tersebut pula menjadi keberhasilan Olivia merintis bisnis fashion hijab. Sesekali Olivia pun memberikan edukasi fashion kepada Jawa Pos Radar Ijen. "Ini untuk anak kecil namanya kaftan, juga bisa couple sama orang tuanya," ujar Olivia sembari menunjukkan foto couple anak dengan ibu yang mengenakan busana model kaftan itu.

Anita Maulidatul, Belajar Leadership - Disiplin dengan jadi anggota Banser

Kita Harus Terus Menempa Diri Agar Lebih Baik

PASUKAN Banser GP Ansoridentik dengan pria. Namun ternyata ada perempuan yang memiliki keinginan menjadi Banser. Dia adalah Anita Maulidatul Hasanah. Dia ingin menjadi Banser. karena ingin belajar leadhersip. (SHOLIKHUL HUDA)

KEDATANGAN Menteri Sosial ke Ponpes Mambaul Ulum di Desa Tansil Wetan, Wonosari membuat sibuk para Banser GP Ansor Bondowoso ingin memastikan keamanan lokasi. Karena itu, puluhan banser diterjunkan.


Mayoritas dari seluruh banser itu adalah laki-laki. Mereka memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) lengkap dengan sepatu PDL-nya. Dari puluhan banyak banser itu, ada sesuatu yang berbeda, yakni banser perempuan.

Demgan memakai pakaian yang sama, seorang perempuan itu berjaga layaknya petugas banser lainnya. Hanya saja raut mukanya tidak garang, namun lebih manis. Saat itu, dia betugas menjaga di dekat menteri sosial. "Ini tugas saya, ya saya laksanakan," ujarnya.

Kamis, 16 Februari 2017

Dedikasi Iin Nurhasanah Ridwan ke Dunia Pendidikan

Pernah Menang Lomba Film Dokumenter PKH Nasional

IIN Nurhasah hanya seorang kepala SMP swasta. Tapi kontribusinya di dunia pendidikan lewat sebuah film dokumenter, mampu menginspirasi Bantuan Siswa Miskin (BSM) hingga sampai SMA. (WAWAN DWI SISWANTO)


RUMAH seperti perkantoran full kaca yang bersebelahan dengan kantor KPU Bondowoso adalah kediaman Iin Nurhasanah Ridwan. Dirumah yang tepat berada dipinggir jalan raya itu, ada sebuah foto kebanggaan. Saat bercengkrama dengan Iin di ruang tamunya, ada satu frame foto yang jadi satu-satu pajangan. Foto itu adalah foto Iin saat menjadi masterpiece Tim Program Keluarga Harapan (PKH) Bondowoso bersama delapan belas productions. "Lho ini sebuah film dokumenter, jadi runner up di lomba film dokumenter PKH nasional tahun 2013," kanangnya.

Kenangn manis tersebut mengingatkan Iin saat menjadi PKH Kecamatan Maesan. Iin menjadi PKH mulai tahun tahun 2007 hingga 2005. Dalam hati, dia ingin tetap menjadi PKH. Berhubung Iin juga membangun sekolah SMP NU 01 di Koncer, mau tidak mau dia harus memilih. "Harus memilih tidak boleh double, karena keduanya mendapatkan dana dari pemerintah," jelasnya.
Jika Iin menginginkan nominal, jelas akan tetap di PKH. Karena waktu itu per-bulan gajinya Rp 2,5 juta. "Kalau pilih sekolah ya banyak uang yang dikeluarkan, karena sekolah ini baru berdiri," jelanya. Namun dia lebih memilih sekolah, karena banyak anak didiknya yang dari keluarga yang tidak mampu.

Berbicara siswa yang tidak mampu hingga saat ini Iin masih ingat dengan pameran film dokumenternya bernama Istiyani.

Kebun Kalisat, Perkebunan Kopi Terbesar Jujugan Studi Banding Wisata


 

Dosen Andalas Pun Jauh-Jauh Studi Banding ke Bondowoso

PERKEBUNAN Kopi tak memulu mendapatkan hasil kopinya saja. Penataan kebun kopi pun bisa jadi wisata edukasi seperti di kebun kopi milik PTPN XII yang berada di Sempol.

(WAWAN DWI SISWANTO)

MATAHARI yang menyinari bumi Sempol pagi itu mengiringi masyarakat setempat berangkat beraktivitas. Dengan sepatu boot dan topi dari bambu mereka pun siap memanen kopi arabika di perkebunan. Ada yang berjalan kaki menuju kebun, naik motor, ada pula yang rombongan dengan truk. "Mau panen kopi, mau ikut, jauh tempatnya," kata seorang pekerja kebun saat berjumpa dengan Jawa Pos Radar Ijen di sekitar home stay arabika.

Menikmati kopi arabika di pagi hari di penginapan arabika pun, tak hanya menghadirkan pemandangan Gunung Ijen saja. Tapi di tambah aktifitas pekerja pabrik yang menjemur kopi arabika itu. Berwarna putih inilah kopi arabika yang masih memiliki kulit ari atau yang disebut horn skin (hs).

Dalam panen kopi tahun ini pula, tak sedikit para wisatawan dari luar kota hingga luar negri berkunjung ke baprik untuk mengetahui lebih dekat proses pengolahan kopi arabika milik perusahaan BUMN ini. Nyatanya kopi tersebut tak langsung dijemur. Sebelum dijemur biji kopi hs ini dibersihkan dengan air mengalir dari labirin ke labirin.

Kopi yang tak memenuhi standar pun keluar dari jalur labirin berbeda. Kopi yang standar menumpuk dan siap untuk diangkut menuju tempat penjemuran. "Kalau kopi yang di tempat ini kurang baik, jadi dibuang," ucap salah satu pekerja yang membersihkan kopi tak layak itu.

Selasa, 14 Februari 2017

Tarian Molong Kopi, Identitas Bondowoso sebagai Penghasil Kopi

Ada sebelum Republik kopi, Sengaja Pakai Bahasa Madura

REPUBLIK Kopi menjadi tagline Bondowoso yang menghasilkan kopi terbaik di dunia. Sebelum ada Republik Kopi, ternyata ada geliat memasarkan kopi Bondowosolewat sentuhan tari bernama molong kopi. (WAWAN DWI SISWANTO)


FESTIVAL Kopi Nusantara (FKN) menjadi hajat pertama Bondowoso pada akhir Juli lalu. Para pegiat kopi, mulai dari penikmat, pecinta, pebisnis hingga petani kopi pun datang ke acar FKN yang dipusatkan di lapangan Sempol itu. Tagline perkopian Bondowoso sebagai Rebuplik Kopi pun makin lengkap dengan acara pembukaan berupa tari molong kopi.

Dalam bahasa Madura, molong diartikan memetik. tarian molong kopi kurang lebih memetik kopi. Saat ditanya salah satu penari bernama Oktavia, tarian tersebut bernama molong kopi. "Ya hampir sama dengan tari petik kopi, agar lebih khas pakai bahasa Madura," ucapnya siswa SMAN 2 Bondowoso itu.

Pengabdian Tanpa Henti Sembilan Kakak Pramuka di Bondowoso

Termotivasi untuk Terus Tingkat Kualitas Generasi Muda

PENGABDIAN para kakak pramuka ini tidak diragukan lagi. Karena rasa cinta kepada Pramuka, mereka rela berkorban waktu untuk melakukan pembinaan. Saat upacara peringatan Hari Jadi Pramuka ke-55 di Bondowoso awal Septembar lalu, mereka mendapat anugerah lencana dari Kwartir Nasional.(SHOLIKHUL HUDA)


"KAMI ingin mengarahkan adik-adik pramuka menjadi insan yang mengamalkan dasa darma. "Kalimat itulah yang muncul dari pikiran Heru Dwi Cahyono. Tahun ini dia mendapat penghargaan lencana itu menandakan bahwa dirinya telah mengabdikan diri selama 30 tahun sebagai anggota dewasa gerakan pramuka.
Bersamanya ada berbagai deretan anggota dewasa yang mendapat penghargaan lencana tahun ini. Yang sama dengan adalah Siti Hamila. Dibawahnya ada Siti Ahya yang mendapatkan lencana Panca Warsa ke v. Artinya pengabdiannya sudah 25 tahun lamanya.

Dua anggota dewasa Ahmad Hamam Al Fadil dan Endang Suprihatin mendapat lencana Panca Warsa ke IV atau lebih melakukan pengabdian selama 20 tahun. Dan paling muda adalah Panca Warsa ke 1 yang diraih tiga anggota dewasa yang selama ini menjadi Pembina Pramuka. Yakni Mistari, Aisyah Hikmayanti dan Lukman Hanafi.

Senin, 13 Februari 2017

Mengikuti Shalat Jumat Perdana di Masjid Perhutani

Aula Disulap jadi Masjid, Jamaah Pun Membludak

 

KESIBUKAN perkantoran dan jauhnya masjid, membuat perhutani KPH Bondowoso mengelar shalat Jumat Perdana. Meski, sarana belum memadai terpenting adalah itikad. Bahkan merubah aula jadi masjid dadakan. (WAWAN DWI SISWANTO)

ADA yang berbeda dalam apel pagi di kantor perhutani di Jl A Yani kemarin. Para karyawan tak pakai baju dinas namun memakai baju biasa. Apel tersebut pun juga tak seperti Jumat pagi biasanya yakni olahraga bersama. Tapi sekaligus persiapan perhutani menggelar shalt Jumat perdana.
Usia apel dilanjutkan dengan ramah tamah dan makan bersama. Dalam acara tersebut pula juga hadir tamu undangan dari instasi. Ada Erfan Ghani dari Dishutbun, Arif Wicaksono kepala Bank Jatim dan masyarakat sekitar. "Lho ini bukan acara internal Perhutani, semua boleh ikutan," ucap Administratur Perhutani Bondowoso, Adi Winarno kepada Jawa Pos Radar Ijen.
Menginjak pukil 11.00 satu persatu mereka mengambil wudlu untuk mengikuti shalat Jumat di kator BUMN ini. Rasanya baru pertama kali ada khotbah Shalat Jumat di Perhutani. "Ini memang khotbah jumatan pertama dan insya Allah seterusnya. Makanya kami mengundang masyarakat juga ke Perhutani.

Semangat Ahmad Saleh Menggeluti Olahraga Taekwondo

Tetap Semagat meski Mata Minus dan Patah Kaki

 

KEKURANGAN fisik bukan jadi halangan untuk tidak berprestasi. Inilah Ahmad Saleh Mauladdawilah taekwondoin Bondowoso yang masuk kontingen Jatim di PON XIX Jabar. Selain matanya minus, saat kecil kakinya pernah patang. Namun itu semua menjadi pemacu semangatnya untuk terus berlatih dan bertanding. (WAWAN DWI SISWANTO)

SOSOK tinggi tetap itu terlihat asyik berfoto di pendapa bupati, dua hari lalu. Mengenakan jaket hijau berlogo Provinsi Jatim dan logo KONI Jatim Ahmad Saleh yang masuk kontingen Jatim baru saja berpamitan kepada bupati. "Berangkat ke Surabaya ke Bandung 22 September. Karena, pertandingan taekwondo baru dilakukan 25 September," ucapnya.

Sabtu, 11 Februari 2017

Ponpes Al Ghafur Ponpes Orang dengan gangguan kejiwaan (2)

Ajarkan Ilmu Agama dan Gelar Kegiatan Tanpa Bantuan

 

PONPES dengan santri Orang Gangguan Jiwa (ODGJ) di Al Ghafur memang nyentrik. Lantas bagaimana proses nyantri mereka dan bisa sembuh lagi ? (WAWAN DWI SISWANTO)

BERBINCANG-bincang dengan pengasuh Ponpes Al Ghafur H Nawawi di kediamannya yang tak alan satu komplek dengan pondok, Jawa Pos Radar Ijen punya kesempatan melihat lebih dekat santri yang termasuk dalam ODGJ. "Semua santri semua sama (ODGJ), Red, tapi bisa dibedakan. Ada yang boleh keluar ada yang terus didalam dan di batasi pagar pembatas. Kalau seseorang mau masuk, ada santri yang sembuh 90 persen yang menemani," ucapnya.

Ponpes Al Ghafur, Ponpesnya Orang dengan gangguan Kejiwaan (1)

Awalnya Tak Ada Tujuan Buka Ponpes Orang Gila

 

ORANG dengan gangguan jiwa (ODGJ) tak hanya ada di rumah sakit jiwa ataupun di jalanan. Banyak di antara mereka yang nyantri di Ponpes Al Ghafur. Berikut catatan wartawan Jawa Pos Radar Ijen ke Ponpes yang berada di Dusun Blumbeng, Sukowiryo itu. (WAWAN DWI SISWANTO)

BANYAKNYA ODGJ yang masih di pasunh mengingatkan saya berkunjung di Ponpes ODGJ di Sukowiryo. Nama Ponpes tersebut adalah Al Ghafur. Letaknya Ponpes tersebut tak jauh dari kota. Perjalanan menuju Ponpes ini hanya memakan waktu sekitar 10 menit dari pusat kota ke arah Jember.
Dari Masjid Bunder di timur jalan, masyarakat setempat sudah pada tahu letak Ponpes Al Ghafur. "Ponpes orang gila itu. Lurus saja sekitar 300 meter ada jalan belok kiri, mengikuti jalan saja sampai menemukan jalan berbatu,"ucap warga Bunder itu.

Jumat, 10 Februari 2017

Ketika 10 SMA Melakukan Pemilihan Ketua OSIS serentak

Ada Kampanye, Visi Misi hingga Orasi

 

PEMILU serentak rupanya tak hanya diselenggarakan saat pilkada saja. Di Bondowoso, pemilu serentak juga dilakukan untuk memilih OSIS. Inilah yang telah dilakukan sepuluh SMA di Bondowoso akhir pekan lalu. (SHOLIKHUL HUDA)

TAGLINE 'Langsung, umun, bebas, rahasia, jujur dan adil' terpampang di sepuluh sekolah di Bondowoso Sabtu lalu (10/9). Seluruh sekolah itu adalah SMA Negri. Tulisan itu dipampang lantaran ada pemilihan ketua OSIS. Pada akhir pekan itu, sepuluh SMAN Negri di Bondowoso menggelar pemilihan Ketua OSIS serentak.

Alat Tambal Ban dan pompa unik

Cukup Dimasukkan dalam Tas Seukuran Kotak Pensil

BERBICARA tambal ban, pasti yang tergambar adalah alat pemanas, pencukit ban, beserta seperangkat alat lain yang tidak mungkin dibawa dengan simpel saat bepergian. Namun gambaran itu akan berbeda ketika melihat karya salah satu siswa SMK ini. Alat tambal ban yang mereka ciptakan, hanya seukuran wadah pensil. (SHOLIKHUL HUDA)

Sebuah tas hitam seukuran kotak pensil disodorkan oleh Aep Saefuddin Arif, siswa kelas XII Jurusan Teknik Sepeda Motor SMKN 3 Bondowoso. Melihat ukurannya, tas kecil itu sangat cukup jika dimasukkan di bawah jok sepeda motor atau ditaruh di tas. Dalam tas yang berukuran sangat kecil itu, ternyata memuat berbagai keperluan tambal ban lengkap. Dia menamakan kreasi tersebut dengan TAB Portable Kit.

Kamis, 09 Februari 2017

Tradisi Coffee Morning di Masjid Zainul Huda, Sukosari

Kosisten Minum Kopi Asli, Bahas Berbagai Persoalan

ACARA coffee morning sering kita dengar dan ikuti untuk acara-acara di kantor, ruang rapat atau pertemusn formal lainnya. Di Desa/Kecamatan Sukorasi Bondowoso, para kian dan tokoh masyarakat ternyata sudah bertahun-tahun m3empunyai tradisi coffee morning tersebut.

SALAT subuh baru saja selesai ditunaikan. Setelah sempat berjabat tangan, beberapa jamaah itu tidak langsung pulang ke rumah masing-masing. Satu persatu jamaah tersebut bergeser ke serambi di samping masjid dan membentuk formasi melingkar. Tak terlalu banyak memang, pagi itu yang datang ada sekitar 10 orang.

Mereka pun langsung terlibat dalam diskusi santai namun serius. Tak lama berserang, seorang anggota darin diskusi kecil itu datang dengan membawa satu 'morong' kopi lengkap dengan gorengannya. Suguhan itupun membuat diskusi semakin cair dan mengalir. "Pagi in tidak terlalu banyak yang datang sekitar sepuluh orang, biasanya lebih banyak lagi," kata Suprayogi, salah seorang dari mereka.

Kreatifitas Remas Desa Padasaan Pujer Menggalang Dana

Keliling Kampung Bawa Ondel-ondel dan Drumband

 

PARA remaja msjid Nurul Hidayah desa padasan pujer mempunyai kreatifitas tersendiri untuk untuk menggalang danarenovasi masjid. Mereka membikin ondel-ondel  dan drumband dari peralatan barang-barang bekas.

MALAM kemarin suara drumband terdengar lirih di jalan MT Hartono. Tak seperti biasanya ada suara drum band malam hari membuat orang yang berada di dalam rumah keluar. Mereka pun terkesima, bukan drum band seperti anak sekolah pada umumnya. Tapi belasan anak muda plus ada dua boneka besar yang menari-nari diiringi suara drumband.

Tak jarang warga sekitar mengabadikan dua boneka itu lewat kamera hanphone, ada pula yang meminta foto selfie. "Apa namanya ini ya, boneka ondel-ondel itu saja," ucap faiq, salah seorang anggota remas. Banyak diantara warga sekitar Jl MT Haryono menyangka belasan pemuda tersebut adalah anak-anak sekolah yang diberikan tugas oleh gurunya. Namun, semu itu ternyata salah satu pemuda menyodorkan kotak bewarna hijau dan bertuliskan pembangunan masjid Masjid Nuruk Hidayah ke warga.
Unik dan Kreatif dan tak meminta bantuan pembangunan masjid door to door atau di jalan raya yang sering dijumpai. M Ikrom, wakil pelaksaan pencarian amal renovasi Masjid Nurul Hidayah, di Desa Padasan, Kecamatan Pujer mengatakan awalnya ide kreatif untuk penggalangan dana dengan menghibur tersebut bermuyla pada perbaikan musala di desa Padasan serkitar 2012.

Rabu, 08 Februari 2017

Astrid Kartika, Perempuan Bondowoso yang Berkarir Di Kedubes Australia

Tinggalkan Praktik Dokter Demi Dampingi Pembangunan


PEREMPUAN nama lengkap Astrid Kartika ini adalah perempuan asli Bondowoso. Namun kiprahnya selama ini sudah di kancah nasional. Hal itu karena keterlibatannya dalam berbagai pendampingan. Dia rela meninggalkan profesinya sebagai dokter untuk menjadi seorang pendamping.

BEBERAPA waktu yang pemerintah Bondowoso memiliki tamu istimewa. Yakni Fleur Davies, Pejabat Kudutaan Besar Australia. Dalam kunjungan itu, dia di dampingi oleh seorang perempua. Dialah Astrid Kartika. Ternyata dia asli Bondowoso yang saat ini berkiprah di Unit Manager Poverty and Social Development.

Astris adalah alumnus SMKN 1 Bondowos yang melanjutkan studi SMA di Jogyakarta. Selanjutnya dia menempuh sarjana Kedokteran di Universitas Gadjah Mada. Setal wisuda, dia sempat melakukan praktik dokter, yakni pada 2001-2003. "Namun karena saya menganggap perlu peningkatan, akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan studi," terngnya.

Dia lantas menempuh Master of Public Policy di Universitas Victoria, Wilington, New Zeland. Perempuan yang sempat menjadi asisten dosen di Universitas Gadja Mada ini menempuh pendidikan beasiswa prestasi.

Saat Eksekusi Santawi menjadi Drama Pertunjukan

Momen Ingatkan Pemuda tentang Arti Pahlawan

 

PRAJEKAN tak hanya terkenal karena ada pabrik Gulanya. Tapi prajekan menjadi salah satu basis pahlawan lokal melawan penjajah. Sayangnya tak banyak orang tahu Prajekan punya pahlawan lokal, sehingga momen Agustusan gelar fragmen tokoh pahlawan bernama Santawi.

LALU lalang truk tebu sudah jadi pemandangan biasa warga Prajekan. Pada Agusrus dan September kali ini PG Prajekan sudah memasuki giling tebu. Wajar saja truk tebu belajar parkir dan memadati badan jalan di Prajekan. Kepadatan jalan gara-gara truk tebu pun rasanya lunas saat malam hari tiba.

Selasa, 07 Februari 2017

Melihat Lebih Dekat Industri Tahu

Bangkit setelah Nyaris Bangkrut karena Kebakaran

 

TAHU menjadi makanan khas orang Indonesia. Di Bondowoso sendiri juga banyak penguasa yang bergelut di home industri tahu. Di Kta Kulon yang dekat dengan Kota Bondowoso juga ada. Bagaimana mereka bisa bertahan hingga puluhan tahun.

BEBERAPA pekerja industri tahu milik H Imam, 45, sore itu sibuk memasukkan potongan-potongan tahu mentah ke dalam baskom. Baskom-baskon berisi potongan tahu mentah itu selanjutnya dinaikkan di atas mobil pikap. Pikap milik Imam itu kemudian membawa tahu mentah menuju ke Pasar Wringan dan Pasar Besukim Situbondo.

Sosok Aktifis Perempuan Sri Wahyuningsih

Raih Anugerah Saparinah Sadli 2016 Karena Kegigihannya

 

TEPATNYA 24 Agustus lalu, Sri Wahyuningsih mendapatkan Anugerah Saparinah SAdli. Guru Pendidikan Kewarganegaraan di SMPN 1 Tamanan ini, menerima penghargaan karena konsistensinya dalam menyampaikan informasi kesehatan reproduksi dan pesan-pesan pencegahan perkawinan dini di Bondowoso
.
NAMA Sri Wahyuningsih mendadak terkenal dikanca aktifis perempuan di Indonesia. Sebab pekan lalu, dia khusus di undang ke ruang Rimbawan 1 Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta. Dalam kesempatan itu dia menerima Anugerah Saparinah Sadli.

Senin, 06 Februari 2017

Semangat Guru-guru SMKN 1 Tenggarang

Ketika Guru-guru Luran Seragam hingga Jemput Bola

 

SEKOLAH gratis tapi ada iuran tambahan mungkin masih sering terjadi. Tapi di SMPN 1 Tenggarang yang iuran bukan wali murid tapi para guru iuran untuk membelikan seragam sekolah gratir kepada murid barunya itu.

BANYAK orang mengira letak SMPN 1 Tenggarang berda tak jauh dengan Kecamatan Tanggerang dan kantor DPRD Bondowoso. Namun, SMP tersebut justru letaknya di Desa Lojajar letaknya lebih ke arah Pujer. "SMP 1 Tanggarang bukan di dekat kantor DPRD itu SMPN 2 Tenggarang. Tapi di Lojajar,arah ke pujer," ucap warga yang berada di dekat Kecamatan Tenggarang itu.

Video pendek Siswa SMKN 1 yang menjadi Juara se - Jatim

Angkat Topik 'Teroris itu Siapa?' dalam Durasi Lima Menit

 

KREATIF. Itulah kalimat yangpantas diselamatkan oleh kelima siswa ini. Video yang mereka buat mampu menjadi urutan di Jawa Timur. Mereka menjadi juara dalam ajang lomba video pendek 'Kita boleh beda' yang diselenggarakan Forum Koordinasi pencegahan Terorisme (FKPT).

SAAT hari peringatan Sumpah Pemuda Jumat (28/10) lalu, kelima siswa ini menjdi bintang di SMKN 1 Bondowoso. Tepatnya saat upacara, mereka dipanggil di depan ratusan siswa lainnya untuk menerima selamat. Secara simbolis, dewan guru memberitahukan bahwa kelima siswa itu yang baru saja berhasil menjadi juara dan mendapatkan hadiah Rp 5 juta

Sabtu, 04 Februari 2017

Rizky, Camat yang Suka Suasana Pegunungan

 Rawat Burung dan Buat Green House di Depan Rumah Dinas

IDAM Rizky adalah Camat Maesan. Sebagai camat, dia merespon positif gagasan Bondowoso Pertanian Organik (Botanik) dengan merubah halaman rumahnya menjadi Green House. Beragam jenis tanaman itu menjadi solusi ketahanan pangan ditengah-tengah harga kebutuhan pangan yang terus melonjak di musim hujan.(WAWAN DWI SISWANTO)


RUMAH Dinas (Rumdin) Camat Maesan itu berada bersebelahan dengan kantor kecamatan di jalan Jember-Bondowoso. Tampak dari depan, Rumdin tidak seperti rumah pada umumnya. Sebab teras rumahnya tertutupi dengan green hause sederhana.

Jika green house memakai kaca, tapi green house ala Rumdin Maesan ini dikelilingi waring atau kelambu hitam. Kerangkanya pun terbuat dari galvalum. Uniknya, di pintu masuknya ada tulisan selamat datang di rumah hijau kecamatan Maesan. "Baru-baru saja ini pakai galvalum, dulu kerangkanya pakai bambu. Karena ingin awt, akhirnya diganti galvalum," ujar Idam Rizky.

Ragam Cara Mahasiswa Bondowoso Memperingati Sumpah Pemuda

 Serukan Nasionalisme, Lomba Foto hingga Ajak Siswa Diskusi

 28 OKTOBER 1928 menjadi sumber bersejarah pemuda di Indonesia yang seterusnya diperingati sebagai hari sumpah pemuda. Semagat mempersatukan bangsa lewat pemuda tersebut tetap hingga saat ini seperti.

LAPANGAN sekolah, instansi pemerintahan hingga Alun-alun RBA KI Ronggo kemarin diramaikan dengan upacara bendera memperingati sumpah pemuda. Usai upacara semangat  anak muda di hari sumpah pemuda tak hanya di situ saja.

Jumat, 03 Februari 2017

KPP 910 Kaprayah Wadah Jiwa Sosial Anak Muda Desa

 Gelar Baksos, Edukasi HIV Hingga Meminalisir Kenakalan Remaja

KPP 910 Kapraya adalah kelompok pemuda-pemudi dari Dusun Eka Praja, Desa Sumbersari, Maesan. Mereka tak sekedar kumpul-kumpul saja, tapi ada kontribusi ke masyarakat dengan berbagai kegiatan sosial dan penyuluhan. Pada intinya tujuannya adalah membendung kenakalan remaja termasuk weks bebas, miras hingga narkoba.(WAWAN DWI SISWANTO)


PEMBANGUNAN saat ini berawal dari desa, arti membangun tak hanya berbicara infrastuktur saja, termasuk sumber daya manusia (SDM). Itulah yang tercermin dalam Kelompok Pemuda Pemudi (KPP) dari Dusun Eka Praja, Desa Sumbersari, Kecamatan Maesan yang bergerak ke arah sosial.

Para Pemuda menyebutnya dengan nama KPP 910 Kapranya. Meski dari Desa mereka tak mau kalah dengan kegiatan sosial dari anak muda perkotaan. Ragam kegiatah yang dapat  menggugah partisipasi anak muda untuk lebih memperhatikan orang disekitarnya dilakukan.